A.
JUDUL
PENELITIAN
“Pengaruh
Konsep Diri, Sikap Siswa Pada Matematika dan Kecemasan Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika”
B.
BIDANG ILMU
Pendidikan MIPA
C.
PENDAHULUAN
Harold G. Shane dalam buku Arti
Pendidikan Bagi Masa Depan, mengatakan :
“pendidikan secara potensial penting karena : (1) Pendidikan adalah satu
cara yang mapan untuk memperkenalan si siswa (learners) pada keputusan sosial yang timbul; (2) pendidikan dapat
dipakai untuk menanggulangi masalah sosial tertentu; (3) pendidikan telah
memperlihatkan kemampuan yang meningkat untuk menerima dan mengimplementasikan
alternatif-alternatif baru; (4) pendidikan barangkali merupakan cara terbaik
yang dapat ditempuh masyarakat untuk membimbing perkembangan manusa sehingga
pengalaman dari dalam berkembang pada setiap anak dan karena itu dia terdorong
untuk memberikan kontribusi pada kebudayaan hari esok.” (Harold G. Shane, 2002,
39).
Berangkat dari apa yang diungkapkan oleh Shane, dapat
dikatakan bahwa pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak bisa
ditawar-tawar lagi, sehingga setiap warga negara Indonesia wajib mengenyam
pendidikan. Hal ini dimaksudkan agar, mutu sumber daya manusia Indonesia
dapat bersaing dengan warga negara lain di dunia ini.
Kualitas sumber daya manusia, sebenarnya tidak hanya
diukur dari prestasi akademiknya saja, melainkan dari banyak faktor yang
merupakan sebuah sinergi yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Akan tetapi, bentuk kongkrit yang terlihat saat ini adalah hasil belajar yang
diperoleh oleh seseorang saat menempuh pendidikan (dalam hal ini pendidikan
formal).
Hasil belajar, yang merupakan representasi perubahan
tingkah laku, peningkatan kompetensi, perubahan pola pikir adalah output yang
diperoleh setelah seseorang mendapatkan pengajaran di lingkungan sekolah.
Tentunya kita memiliki keinginan yang sama bahwa hasil belajar yang didapatkan
memiliki grade yang baik. Akan tetapi
di lapangan terjadi 2 hal, yaitu (1) hasil belajar siswa buruk dan (2) hasil
belajar siswa baik, tetapi siswa tidak memiliki kompetensi apapun dan tidak
dapat bertanggung jawab tentang nilainya. Atau dengan bahasa lain, hasil
belajar siswa kurang optimal.
Menilik dari hasil Ujian Nasional di Jakarta
baru-baru ini, nilai UN yang dinilai kurang adalah Matematika. Pertanyaannya
adalah mengapa matematika? Padahal, penguasaan matematika bagi bangsa Indonesia
telah dipersiapkan melalui sekolah-sekolah formal sejak dini, artinya sejak
Sekolah Dasar sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, materi matematika disusun
secara sistematis berkelanjutan, sehingga diharapkan siswa lebih mudah
mempelajarinya.
Akan tetapi, di lapangan banyak siswa yang bersikap
negatif terhadap matematika. Siswa menganggap matematika sebagai momok yang
sulit untuk dipelajari apalagi untuk dikuasai dan ini berlangsung turun temurun
kepada generasi di bawahnya. Akhirnya, siswa tidak berani untuk mempelajari
matematika, sehingga membuat hasil belajarnya menjadi buruk.
Sebenarnya, hasil belajar ini ditentukan oleh banyak
faktor, yaitu faktor guru, lingkungan sekolah, lingkungan tempat tinggal, cara
belajar siswa, fasilitas belajar yang digunakan, faktor internal siswa, dan
lain sebagainya. Akan tetapi, seorang siswa yang telah menyadari tugasnya
sebagai seorang pembelajar seharusnya dapat menggunakan faktor-faktor yang ada
untuk memaksimalkan hasil belajarnya.
Pada keseharian, ada berbagai peran yang dijalani
oleh individu sebagai manusia, salah satunya adalah perannya sebagai seorang siswa.
Ada banyak sekali pekerjaan,
tantangan, dan tuntutan yang dihadapi dan harus di jalankan oleh siswa.
Pekerjaan, tantangan dan tuntutan tersebut antara lain pembuatan berbagai macam
tugas, laporan, makalah, maupun ujian yang merupakan suatu bentuk evaluasi bagi
siswa yang dilaksanakan secara rutin, dan juga tugas-tugas akademis lainnya.
Misalnya saja jika siswa dalam menghadapi ujian, mereka dapat mengendalikan ketegangan
saat menghadapi ujian, dan tetap tenang, maka tidak ada hal yang menghambatnya,
setidaknya dari dalam dirinya ia sudah dapat menguasai kondisinya sendiri. Tapi
jika siswa memiliki perasaan takut akan kegagalan atau merasa panik dalam
menghadapi ujian, walaupun ia memiliki motivasi untuk berprestasi, tetap saja siswa
akan mengalami kesulitan untuk dapat meraih prestasi yang maksimal.
Kecemasan
akan timbul jika individu menghadapi situasi yang dianggapnya mengancam dan
menekan. Misalnya saja, apabila seseorang ingin melaksanakan atau melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan yang baru, maka tentu orang tersebut akan merasa
cemas dalam menghadapi pekerjaannya tersebut, apakah orang itu dapat
melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan hasil yang baik atau
bahkan sebaliknya. Dalam kondisi dimana rasa cemas menghinggapi pikiran
seseorang, tentunya orang tersebut akan berpikiran atau berangggapan yang
negatif terhadap dirinya sendiri. Seperti misalnya, “pasti saya tidak bisa
menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan baik”; “pasti saya berhenti mengerjakan
pekerjaan tersebut di tengah jalan”; “pasti hasilnya tidak memuaskan”; “pasti
saya dicemooh orang banyak”; dan sebagainya.
Kecemasan sampai pada batas tertentu merupakan hal
yang normal bagi setiap orang. Mungkin seseorang merasa khawatir akan sesuatu
atau orang lain karena ia pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan pada
kejadian serupa dimasa lampau. Kecemasan dalam taraf “normal” dapat berfungsi
sebagai system alarm yang memberikan tanda-tanda bahaya bagi seseorang
yang mengalaminya untuk dapat lebih siap menghadapi keadaan yang akan muncul.
Penderita kecemasan sering mengalami gejala-gejala
seperti berkeringat berlebihan walaupun udara tidak panas dan bukan karena
berolahraga, jantung berdegup ekstra cepat atau terlalu keras, dingin pada
tangan atau kaki, mengalami gangguan pencernaan, merasa mulut kering, merasa
tenggorokan kering, tampak pucat, sering buang air kecil melebihi batas
kewajaran dan lain-lain. Mereka juga sering mengeluh pada persendian, kaku
otot, cepat merasa lelah, tidak mampu rileks, sering terkejut, dan ada kalanya
disertai gerakan-gerakan wajah atau anggota tubuh dengan intensitas dan
frekuensi berlebihan, misalnya pada saat duduk terus menerus,
menggoyang-goyangkan kaki, meregangkan leher, mengernyitkan dahi dan lain-lain.
Perasaan tenang atau takut akan kegagalan, panik, dan
lain-lain saat menghadapi ujian sangat dipengaruhi dari tipe kepribadian yang
dimiliki oleh siswa tersebut. Menurut Jung, tipe kepribadian dibagi menjadi
tipe intovert dan tipe ekstrovert, dimana kedua tipe ini memiliki sifat-sifat
yang berbeda. Tipe ektrovert yang mengarahkan sang pribadi kepada dunia luar,
dunia objektif, sedangkan sifat kepribadian tipe introvert itu mengarahkan sang
pribadi ke dunia dalam, dunia subjektif. Hal itu sangat mempengaruhi
perasaan-perasaan yang dirasakan atau muncul pada individu saat menghadapi
suatu situasi termasuk saat menghadapi situasi ujian. Kepribadian menurut
Allport adalah organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisis yang
menentukan caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan.
Kehidupan manusia dapat berlangsung karena adanya
hubungan timbal balik dengan lingkungan hidupnya. Dalam hubungan ini manusia
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penyesuaian ini
mengakibatkan manusia lebih banyak mengubah diri dibanding mengubah lingkungan.
Tanggapan individu yang sehat terhadap diri dan
kehidupannya merupakan landasan dasar untuk dapat menyesuaikan diri. Faktor
konsep diri perlu juga dipertimbangkan dalam menentukan berhasil tidaknya
penyesuaian diri seseorang. Dengan kata lain konsep diri merupakan hal yang
sangat mempengaruhi penyesuaian diri dan merupakan faktor penting dalam
perkembangan diri seseorang.
Konsep diri bukan merupakan faktor yang dibawa sejak
lahir, melainkan faktor yang dijiwai dan terbentuk melalui pengalaman individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Dalam berinteraksi ini setiap individu
akan menerima tanggapan. Tanggapan yang diterima tersebut akan dijadikan cermin
bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri. Jadi konsep diri terbentuk karena suatu proses
umpan balik dari individu lain.
Bila seseorang yakin bahwa orang-orang yang penting
baginya menyenangi mereka, maka mereka akan berpikir positif tentang diri
mereka dan sebaliknya. Orang yang memiliki konsep diri positif berarti memiliki
penerimaan diri dan harga diri yang positif. Mereka menganggap dirinya barharga
dan cenderung menerima diri sendiri sebagaimana adanya. Sebaliknya, orang yang
memiliki konsep diri negatif, menunjukkan penerimaan diri yang negatif pula.
Mereka memiliki perasaan kurang berharga, yang menyebabkan perasaan benci atau
penolakan terhadap diri sendiri. Sejauh mana keberhasilan seseorang dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan, maka akan dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain kepribadian orang tersebut. Seperti halnya perkembangan dan
pertumbuhan manusia yang mencakup berbagai fungsi fisik dan mental, maka
kepribadian seseorang juga memiliki perkembangan dan perubahan.
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi
seseorang dengan orang-orang disekitarnya. Apa yang dipersepsi seseorang
tentang dirinya, tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial yang
disandang orang tersebut. Struktur, peran dan status sosial merupakan gejala
yang dihasilkan dari adanya interaksi antara individu yang satu dengan individu
yang lain, antara individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.
Adanya struktur, peran dan status sosial yang
menyertai seluruh perilaku individu dipengaruhi oleh faktor sosial. Adanya
pengaruh faktor sosial terhadap perkembangan konsep diri individu telah
dibuktikan oleh Rosenberg .
Dijelaskan bahwa perkembangan konsep diri tidak terlepas dari pengaruh faktor
sosial, agama, ras. Dijelaskan bahwa individu yang berstatus sosial yang tinggi
akan mempunyai konsep diri yang lebih positif dibandingkan individu yang
berstatus sosial rendah. Individu dewasa mengalami kesulitan untuk
menggabungkan diri dengan satu kelompok sosial tertentu yang cocok dengan
dirinya. Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan oleh individu
dewasa adalah menjadi bagian dari satu kelompok sosial tertentu.
Untuk itulah penulis merasa terpanggil untuk meneliti
tentang pengaruh konsep diri, sikap siswa pada matematika dan kecemasan siswa terhadap
hasil belajar matematika siswa.
D.
PERUMUSAN
MASALAH
- Adakah pengaruh langsung atau tidak langsung antara konsep diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa?
- Adakah pengaruh langsung atau tidak langsung antara sikap siswa pada matematika terhadap hasil belajar matematika siswa?
- Adakah pengaruh kecemasan siswa terhadap hasil belajar matematika siswa?
- Adakah pengaruh antara konsep diri siswa terhadap kecemasan siswa?
- Adakah pengaruh antara sikap siswa pada
matematika terhadap kecemasan siswa?
- Adakah pengaruh antara konsep diri terhadap
sikap siswa pada matematika?
E.
TINJAUAN
PUSTAKA
- Hasil Belajar Matematika
Hasil belajar adalah pola-pola perubahan
tingkah laku seseorang yang meliputi asfek kognitif, afektif dan/atau
psikomotor setelah menempuh kegiatan belajar tertentu yang tingkat kualitas
perubahhannya sangat ditentukan oleh faktor-faktor yang ada dalam diri siswa
dan lingkungan sosial yang mempengaruhinya. Jadi intinya dapat dikatakan
perubahan tingkah laku merupakan wujud hasil belajar seseorang setelah
mempelajari sesuatu objek. Jika objeknya matematika, maka perubahan tingkah
laku tersebut yaitu perubahan pengetahuan, sikap, minat, kecenderungan
atau tindakan yang terkait dengan
matematika. Bentuk-bentuk perubahan dimaksud dapat berupa dari tidak tahu
menjadi tahu, dari tidak berminat menjadi berminat, dari tidak cekatan menjadi
cekatan dan sebagainya.
Matematika adalah ilmu yang mempelajari tentang
cara penalaran logis yang memiliki nilai praktis, disiplin dan budaya dengan
objek berupa ide/konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis yang diwujudkan
dalam bentuk simbol-simbol serta penalarannya bersifat deduktif. Suparman
Ibrahim Abdullah dalam makalah berjudul Matematika sebagai Dasar semua Ilmu
mengemukakan : ”Asosiasi Matematikawan se dunia mengelompokkan matematika
menjadi 10 cabang: Aritmatika, Aljabar, Geometri, Trigonometri, Kalkulus,
Probabilitas dan Statistik, Set teori dan logic, Teori Angka, Analisis system,
dan teori Chaos”.
Oleh karenanya, hasil belajar matematika
dapat diartikan sebagai perwujudan dari
proses kerberhasilan pembelajaran matematika yang dicerminkan dengan perubahan
tingkah laku dalam bentuk kognitif, afektif maupun psikomotor seseorang setelah
mendapatkan pengalaman belajar matematika. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Sudjana yang mengatakan bahwa ”Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
dimiliki siswa setelah memiliki pengalaman belajarnya”.
Selanjutnya Nasution juga berpendapat
bahwa: ”Hasil belajar sebagai suatu perubahan yang terjadi pada individu yang
belajar bukan saja perubahan mengenai pengetahuan tetapi juga dalam bentuk
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan dalam diri pribadi
individu yang belajar”.
Dari keterangan di atas jelaslah bahwa serseorang
yang sudah belajar tidak sama keadannya dengan saat ketika belum belajar.
Seorang yang belajar akan memperoleh kematangan dari proses pengalaman belajar
dalam bentuk kecakapan-kecakapan. Perbedaan antara sebelum dengan sesudah
mendapatkan pengalaman belajar itulah yang dimaksud dengan hasil belajar.
Hasil belajar matematika terwujud dari kecakapan
seseorang dalam menyelesaikan problema (masalah) yang terkait dengan
konsep-konsep matematis. Indikasi kemampuan matematika siswa terwujud dari
hasil belajar dan pengalaman belajarnya sebagai indikator pencapaian tujuan
pembelajaran. Menurut
Hudoyo “Tujuan belajar matematika adalah
pencapaian transfer belajar”. Dari pendapat tersebut, menunjukkan bahwa
pencapaian tranfer belajar merupakan tujuan utama pengajaran matematika di
sekolah. Oleh karenanya tingkat kualitas hasil belajar matematika akan sangat
dipengaruhi adanya proses transfer belajar. Pencapaian transfer belajar
matematika dapat diamati melalui struktur kognitif yang telah dimiliki sisiwa
tentang konsep dan teorema yang dipelajari. Adapun yang dimaksud struktur
kognitif di sini yaitu berupa fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi yang
telah dipelajari dan diingat oleh siswa sebelumnya.
Hasil Belajar Matematika adalah perubahan-perubahan tingkah laku
siswa sebagai indikator tingkat ketercapaian tujuan belajar matematika dalam penguasaan struktur kognitif berupa
fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi setelah mendapatkan pengalaman
belajar di bidang matematika.
- Konsep Diri
Lussier menyatakan “your self-concept is your overall attitude
about yourself”. (dalam arti bebas, konsep dirimu adalah keseluruhan sikap
tentang dirimu sendiri. Lussier menambahkan bahwa “self-concept is your perception of yourself, which may not be the way
others perceive you”. Konsep diri adalah persepsi kamu tentang dirimu
sendiri, yang mana tidak ada cara yang lain untuk mempersepsikan dirimu.
Sehingga, individu memikirkan dan merasakan tentang dirinya sendiri termasuk
keyakinan dan sikapnya mengenai individu tersebut.
Solomon berpendapat bahwa
:
“the self-concept refers to the beliefs a person holds about his or her
own attributes, and how he or she evaluates these qualities. Although one’s overall
self-concept may be positive, there certainly are parts of the self that are
evaluated mor positively than other”.
Konsep diri pada dasarnya
terdiri dari dua komponen yang meliputi citra diri (self-image) yang merupakan deskripsi sederhana mengenai diri kita,
serta harga diri (self-esteem) yang
merupakan suatu kesatuan kepercayaan yang selalu kita bawa kemana-mana yang
telah kita terima kebenarannya terlepas dari apakah itu benar atau tidak.
Konsep diri merupakan pandangan, perasaan dan penilaian
yang dimiliki seseorang mengenai diri sendiri yang didapat dari proses
pengamatan terhadap diri sendiri maupun menurut persepsi orang lain berupa
karakteristik fisik, psikologis dan sosial.
- Kecemasan
Handoyo, mendefinisikan kecemasan sebagai suatu
keadaan emosional yang dialami oleh seseorang, dimana ia merasa tegang tanpa
sebab-sebab yang nyata dan keadaan ini memberikan pengaruh yang tidak
menyenangkan serta mengakibatkan perubahan-perubahan pada tubuhnya baik secara
somatis maupun psikologis. Perubahan-perubahan somatis yang dimaksud yaitu
mungkin timbulnya rasa mual, sering buang air kecil, denyut jantung yang
bertambah keras dan lain-lain. Sedangkan perubahan-perubahan psikologis dapat
ditemui seperti adanya perasaan ragu-ragu, kurang percaya diri, kegelisahan,
rasa rendah diri dan lain-lain.
Menurut Gunarsa dkk, makin lama kecemasan berlangsung
dan makin tinggi intensitasnya, maka makin “abnormal” kondisi orang tersebut.
Jika seseorang berada pada daerah yang sedang terjadi perang, sekalipun ia
tidak terkena musibah, tetapi jika ia mengalami kecemasan, hal ini masih
dianggap “normal”. Jika seseorang yang sudah belajar dengan tekun, berlatih
dengan giat, tidak mengalami gangguan fisik apapun tetapi ia merasa cemas akan
kegagalan secara berlebihan dalam menjalankan tugasnya, maka kecemasannya itu
tidak sepadan dengan keadaan yang ada. Hal tersebut dianggap “tidak normal”.
Pahlevi (1991), mendefinisikan kecemasan sebagai suatu kecendrungan untuk
mempersepsikan situasi sebagai ancaman dan akan mempengaruhi tingkah laku.
Gunarsa dkk, (1996) menjelaskan bahwa kecemasan
berbeda dengan ketakutan. Pada gejala takut objek atau bahaya yang ditakuti
jelas, nyata. Seperti misalnya takut pada kecoa, kucing, ondel-ondel, anjing,
ular dan sebagainya. Sedangkan pada kecemasan, objek atau keadaan (bahaya) yang
dikhawatirkan tidak jelas, tidak nyata.
Gejala kecemasan ada dalam bermacam-macam bentuk dan
kompleksitasnya, namun biasanya cukup mudah dikenali. Seseorang yang mengalami
kecemasan cenderung untuk terus menerus merasa khawatir akan keadaan yang buruk
yang akan menimpa dirinya atau diri orang lain yang dikenalnya dengan baik.
Biasanya seseorang yang mengalami kecemasan cenderung tidak sadar, mudah
tersinggung, sering mengeluh, sulit berkonsentrasi dan mudah terganggu tidurnya
atau mengalami kesulitan untuk tidur.
Kecemasan merupakan suatu keadaan emosional yang
dialami olah seseorang, dimana ia merasa tegang tanpa sebab-sebab yang nyata
dan keadaan ini memberikan pengaruh yang tidak menyenangkan serta mengakibatkan
perubahan-perubahan pada tubuhnya baik secara somatis maupun psikologis.
Perubahan-perubahan somatis yang dimaksud yaitu mungkin timbulnya rasa mual,
sering buang air kecil, denyut jantung yang bertambah keras dan lain-lain.
Sedangkan perubahan-perubahan psikologis dapat ditemui seperti adanya perasaan
ragu-ragu, kurang percaya diri, kegelisahan, rasa rendah diri dan lain-lain.
Kecemasan terjadi bukan karena ada obyek yang jelas, akan tetapi pada bentuk
lain yang tidak nyata dan tidak jelas.
- Sikap Siswa Pada Matematika
Menurut Whitaker (1965:
157), sikap adalah suatu kecenderungan atau kesiapan seseorang memberikan
respon dalam bentuk perilaku tertentu terhadap suatu stimulus (rangsangan yang
diberikan). Lebih lanjut Whitaker menyatakan bahwa sikap : (1) dapat dipelajari,
(2) lebih dari sekedar pengalaman masa lalu, (3) secara tidak langsung
merupakan suatu hubungan subjek dengan objek yang berkaitan dengan kelompok,
persoalan, individu tertentu, (4) dapat diungkap melalui sedikit atau banyak
butur dan (5) memiliki motif afektif.
Objek sikap sedemikian
luas, meliputi benda-benda, manusia-manusia, tempat, pendapat, tindakan atau
keadaan, baik secara tunggal maupun jamak. Sikap dipandang sebagai suatu
kecenderungan yang memberikan respon secara menyenangkan atau tidka
menyenangkan terhadap objek-objek yang diberikan, maka ojek sikap merupakan
suatu keadaan yang amat kompleks, dimana manusia dapat saling mempengaruhi
tingkah lakunya terhadap sesama baik secara individu maupun kolektif, terhadap
benda-benda, atau kejadian-kejadian di sekitarnya (Oskamp, 1991: 7)
Sikap merupakan keadaan internal seseorang, berupa
kecenderungan atau kesiapan memberikan respon meliputi komponen kognitif,
afektif dan konatif terhadap suatu stimulus di lingkungan sekitarnya.
F.
TUJUAN
PENELITIAN
- Untuk menemukan seberapa besar pengaruh langsung atau tidak langsung antara konsep diri siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
- Untuk menemukan seberapa besar pengaruh langsung atau tidak langsung antara sikap siswa pada matematika terhadap hasil belajar matematika siswa.
- Untuk menemukan seberapa besar pengaruh kecemasan siswa terhadap hasil belajar matematika siswa.
- Untuk menemukan seberapa besar pengaruh antara konsep diri siswa terhadap kecemasan siswa.
- Untuk menemukan seberapa besar pengaruh antara
sikap siswa pada matematika terhadap kecemasan siswa.
- Untuk menemukan seberapa besar pengaruh
antara konsep diri terhadap sikap siswa pada matematika.
G.
KONTRIBUSI
PENELITIAN
Hasil penelitian ini dapat digunakan
untuk :
- Kontribusi Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan referensi
untuk penelitian lanjutan, dengan tema yang sama akan tetapi dengan metode dan
teknik analisa yang lain, sehingga dapat dilakukan proses verifikasi demi
kemajuan ilmu pengetahuan.
- Kontribusi Praktis
a. Pemerintah,
dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan kebijakan yang
berhubungan dengan pembentukan konsep diri yang benar pada siswa sehingga
dengan karakteristik dan tingkat kecemasan dalam diri siswa dapat dihasilkan
kualitas sumber daya yang baik bagi kemajuan Indonesia .
b. Kepala
Sekolah, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menentukan kebijakan baru
dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa dengan memperhatikan sikap
siswa pada matematika, tingkat kecemasan dan pembentukan konsep diri yang benar
dalam diri siswa.
c. Guru,
sebagai ujung tombak proses pembelajaran, dapat menggunakan hasil penelitian
ini dengan mengakomodasi setiap kebutuhan siswa sesuai dengan sikapnya pada
matematika dan mengarahkan siswa menemukan konsep diri yang benar sehingga
kecemasan siswa dapat diubah menjadi energi, bukan hambatan dalam proses
belajar mengajar.
d. Orang
Tua, dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk mengarahkan anak-anaknya
belajar memiliki sikap yang positif pada matematika, dan mengarahkan konsep
diri ke arah yang benar serta memberdayakan kecemasan siswa sebagai sinergi
yang baik dalam belajar.
H.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini
merupakan penelitian survei, yaitu penelitian yang digunakan untuk memperoleh
suatu fakta tentang gejala atau permasalahan yang timbul dengan membandingkan
kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan antar
masing-masing variabel yang ada dalam penelitian ini.
Adapun desain penelitian/konstelasi masalah dapat
digambarkan sebagai berikut:
Keterangan :
X1 =
Konsep Diri
X2 =
Sikap Siswa pada Matematika
X3 =
Kecemasan Siswa
Y = Hasil Belajar Matematika
Data yang akan
digunakan dalam penelitian ini bersumber dari SISWA, yaitu dengan cara
memberikan angket berskala Likert untuk 3 variabel bebas (konsep diri,
kecemasan dan sikap siswa pada matematika) dan menggunakan tes berbentuk
pilihan ganda untuk variabel terikat (hasil belajar matematika).
Sebelum instrumen
penelitian digunakan, terlebih dahulu akan diadakan uji validitas dan uji
reliabilitas untuk menjamin instrumen yang digunakan valid dan reliabel untuk
mengukur variabel-variabel dimaksud. Dalam hal ini akan menggunakan bantuan
SPSS 15.0 untuk menghitung validitas dan reliabilitas instrumen.
Setelah data didapatkan
akan dilakukan uji persyaratan analisis data, yaitu uji normalitas (menggunakan
kosmogorov smirnov, untuk menguji apakah data berdistribusi normal atau tidak)
dan uji linieritas (untuk menguji linieritas regresi).
Teknik analisa data
yang digunakan adalah regresi linier sederhana dan regresi linier ganda, untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap
variabel terikat dan mengetahui seberapa besar pengaruh seluruh variabel bebas
terhadap variabel terikat, serta menggunakan analisis jalur untuk mengetahui hubungan
antar variabel. Selanjutnya akan dilakukan uji hipotesis.
I.
JADWAL
PENELITIAN
Penelitian ini akan memakan waktu 3
bulan, dengan jadwal sebagai berikut :
No
|
Deskripsi Kegiatan
|
Bulan 1
|
Bulan 2
|
Bulan 3
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Pengajuan Judul Penelitian
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pembuatan Instrumen Penelitian
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Pengujian Instrumen Penelitian
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4
|
Pengumpulan Data
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Pengolahan Data
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|
|
|
|
6
|
Ringkasan Eksekutif
(Executive Summary)
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
|
7
|
Seminar Hasil Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
|
|
8
|
Penulisan Laporan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
Ö
|
9
|
Penggandaan Laporan Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Ö
|
J.
PERSONALIA
PENELITIAN
1. Ketua Peneliti
a.
Nama Lengkap : Leonard, S.Pd.
b. Golongan Pangkat/NIP : Asisten
Ahli
c. Jabatan Fungsional : Dosen
d. Jabatan Struktural : -
e. Fakultas/Program Studi : FTMIPA/Pendidikan
Biologi
f. Perguruan Tinggi : Universitas
Indraprasta PGRI
g. Bidang Keahlian : MIPA
h. Waktu untuk Penelitian ini : 3
Bulan
2. Anggota Peneliti : -
3. Tenaga Laboran/Teknisi : -
orang
4. Pekerja Lapangan/Pencacah : 2
orang
5. Tenaga Administrasi : - orang
K. PERKIRAAN BIAYA PENELITIAN
Persiapan dan Pengumpulan Data
1. Perizinan
Penelitian Rp. 200.000,-
2. Pembahasan Awal dan Pengumpulan Data Awal
a. Copy Instrumen Penelitian (uji
validitas) Rp. 100.000,-
b. Tinta Printer Rp. 120.000,-
c. Transportasi Rp. 100.000,-
d. Konsumsi Rp. 150.000
Subtotal A Rp. 670.000,-
Operasional Lapangan
1. Copy Instrumen Penelitian Rp. 300.000,-
2. Konsumsi Pelaksana Penelitian Rp. 300.000,-
3. Transportasi Rp. 300.000,-
Subtotal B Rp. 900.000,-
Pengolahan Data
1. Konsumsi Tim Pengolahan Data Rp. 300.000,-
2. Tinta Printer Rp. 120.000,-
3. Transportasi Rp. 200.000,-
Subtotal C Rp. 620.000,-
Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
1. Seminar Hasil Penelitian
a. Honor Rp. 100.000,-
b. Transportasi Rp. 50.000,-
c. Konsumsi Rp. 200.000,-
2. Penggandaan Makalah Rp. 150.000,-
3. Menyusun Laporan Akhir (Tinta & Konsumsi) Rp. 200.000,-
4. Penggandaan Laporan Akhir Rp. 100.000,-
Subtotal D Rp. 800.000,-
TOTAL A + B + C + D Rp. 2.990.000,-
(Dua Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh
Ribu Rupiah)
L. DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 1993, Manajemen Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta)
Gulo, W., 2005, Strategi Belajar Mengajar Cet ke 3
(Jakarta, Grasindo)
Hamalik, Oemar, 2004, Proses Belajar Mengajar
(Jakarta, Bumi Aksara)
Harold G. Shane,
Arti Pendidikan Bagi Masa Depan (____, ____, 2002)
Hudoyo, Herman; 1988, Proyek Pengambangan Pendidikan, Jakarta : Depdikbud
Lubis, Zulkifli, 1998, Teori Belajar (Jakarta,
STKIP Wijaya Bakti)
Nasution, Andi Hakim, 1980, Landasan Matematika
(Jakarta, Bhratara Karya Aksara)
Oskamp, Stuart, 1991. Attitude and Opinions. New Jersey: Prentice Hall, Inc.
Purwanto, M. Ngalim, 1992, Psikologi Pendidikan
(Bandung, Remaja Rosda Karya)
Riduwan, 2005, Belajar Mudah Penelitian untuk
Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula (Bandung, Alfabeta)
Sudjana, Nana, 2004, Penilaian Hasil Proses
Belajar Mengajar cet. ke 9 (Bandung, Remaja Rosda Karya)
Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi
(Bandung, Alfabeta)
Suparman, I.A., 2006, “Matematika Sebagai Dasar
Semua Ilmu” Makalah, Orasi Ilmiah Wisuda Sarjana XVII UNINDRA, Jakarta.
Suryabrata, Sumadi; 2004, Psikologi Pendidikan,
Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Whitaker, James O.,
1965, Psychology. Philadelphia : W.B. Saunders Company.
Winkel, W.S., 1996, Psikologi Pendidikan dan
Evaluasi Pendidikan (Jakarta, Gramedia)
PENGARUH KONSEP DIRI, SIKAP SISWA PADA MATEMATIKA DAN KECEMASAN
SISWA
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
USUL PENELITIAN
OLEH
Yang bertanda tangan di bawah ini menyetujui penelitian :
Judul : Pengaruh
Konsep Diri, Sikap Siswa Pada Matematika dan Kecemasan Siswa Terhadap Hasil
Belajar Matematika
Peneliti :
LEMBAR IDENTITAS DAN
PENGESAHAN
USULAN PENELITIAN
A.
Judul Penelitian : Pengaruh Konsep Diri, Sikap Siswa Pada
Matematika Dan Kecemasan Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika
B.
Bidang Ilmu : Pendidikan Matematika
Peneliti :
A.
Nama :
B.
Jenis Kelamin :
C.
Pangkat/Golongan :
D.
Jabatan Akademik :
E.
Perguruan Tinggi :
Lokasi Penelitian : SMP
di wilayah DKI Jakarta
Lama Penelitian : 3
(Tiga) bulan
Biaya Penelitian : Rp.
2.990.000,-
(Dua
Juta Sembilan Ratus Sembilan Puluh Ribu
Rupiah)
| |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar