Selasa, 09 Oktober 2012

Sikap Orang Tua Terhadap Pembinaan Prestasi Olahraga Di Kabupaten Pasaman Barat


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
          Olahraga adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia,
tanpa memperhatikan stratifikasi atau yang berkait dengan tingkat kekayaan atau kemiskinan seseorang. Fungsi utama olahraga adalah untuk menyehatkan badan
Dan memastikan organ tubuh masih sehat. Akan tetapi, biasanya olahraga mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Olahraga mempunyai kemampuan untuk menciptakan perasaan bahwa orang termasuk dalam kelompok atau komunitas yang mencintai hidup sehat. Ketika bermain olahraga , semua pemain menjadi sama tanpa memperhatikan suku bangsa, kekayaan, warna kulit, atau agama (Sydney, 2002: 45 ).
            Pembangunan olahraga yang tepat dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu pertimbangan penting dalam setiap  gerak langkah pembangunan daerah dibidang olahraga. Tujuan akhir pembangunan daerah termasuk pembangunan dalam bidang olahraga haruslah bermuara pada peningkatan kualitas kehidupan warga masyarakat termasuk di dalamnya tingkat kesejahteraannya. Oleh karena itu, adalah wajar apabila pembangunan olahraga mendapat perhatian semestinya dari pemerintah Pasaman Barat dan Pemerintah Pusat., propinsi maupun kabupaten/ kota, dengan sasaran terjadinya perubahan paradigma agar pemerintah dan masyarakat benar- benar dapat menarik manfaat langsung dari kegiatan pembangunan olahraga tersebut.
           Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan keolahragaan telah menentukan tentang siapa saja yang
nantinya terlibat dalam bidang penyelenggaraan olahraga. Orang tua mempunyai sikap yang besar terhadap prestasi anaknya terutama dalam bidang olahraga yang digeluti oleh anak. Orang tua beranggapan dengan adanya prestasi anaknya dalam bidang olahraga tersebut dapat meningkatkan factor prestise keluarga, ekonomi, social dan factor lainnya. Keberhasilan anak dalam suatu bidang adalah suatu kebanggaan tidak dapat diukur oleh orang tuanya. Orang tua terhadap prestasi seorang anak mempunyai peranan yang sangat besar ( Josep, 2007:15 )
        Kabupaten Pasaman barat terdiri dari latar belakang masyarakat yang berbeda- beda baik dari segi ekonomi, social budaya, politik, agama, pendidikan dan lain sebagainya, maka dari itu penjas pendapat atau pandangan tentang olahraga prestasi masih sangat beragam ada yang beranggapan negative dan beranggapan positif.
          Perkembangan olahraga prestasi di Kabupaten Pasaman Barat, di lihat dari atlit yang mengikuti beberapa ifen yang bersifat daerah tidak banyak yang diharapkan untuk masa depan atlit itu sendiri karena setelah ifen yang diikutinya mereka mulai menghilangkan diri dan tidak lagi mengasah kemampuannya  dan kembali lagi apabila ifen akan dilaksanakan lagi. Pemerintah kabupaten Pasaman Barat tidak begitu memberi sorotan dengan untuk perkembangan atlit tersebut, dari sanalah dapat dilihat perkembangan olahraga prestasi di kabupaten Pasaman Barat jauh dari sikap yang diharapkan.
         Porprov tahun 2006 di Kabupaten Sawah Lunto Sijunjung dan kota Sawahlunto jauh sekali penurunan prestasi porprov tahun 2004 di kabupaten Solok yang dicapai oleh kabupaten Pasaman Barat itu sendiri, sebagai bukti dilihat prestasi dari porprov tahun 2004 di kab. Solok, Kab.  Pasaman Barat

                                                                                                                2
 meraih prestasi 5 besar dengan perolehan medali 15 emas, 19 perak dan 24 peluru sedangkan pada provprov di kab. SWL/SJJ dan kota Sawahlunto Kab. Pasaman Barat Meraih peringkat 10 sengan perolehan medali 11 emas, 9 perak dan 19 perunggu.
   Dari 175 atlit Kab. Pasaman Barat yang ikut serta provprov tahun 2006 yang lalu jauh sekali dari yang diharapkan pemerintah kab. Pasaman Barat yaitu kembali meraih peringkat 10 besar berikut uraian dan cabang-cabang dan banyaknya atlit percabang yang diikut sertakan oleh kab. Pasaman Barat pada provprov tahun 2006 di kab. SWL/SJJ dan kota sawahlunto adalah :
1.      Atletik yang berjumlah 12 orang
2.      Senam yang berjumlah 11 orang
3.      Renang yang berjumlah
4.      Karate yang berjumlah 9 orang
5.      Pencak Silat yang berjumlah 11 orang
6.      Sepak Bola yang berjumlah 20 orang
7.      Bola Basket yang berjumlah 12 orang
8.      Bulu Tangkis yang berjumlah 4 orang
9.      Duyung yang berjumlah 26 orang
10.  Sepak Takrau yang berjumlah 16 orang
11.  Taekwondo yang berjumlah 4 orang
12.  Tenis meja yang berjumlah 4 orang
13.  Tarung Derajat yang berjumlah 5 orang
14.  Bolavoli yang berjumlah 24 orang
15.  Tenis Lapangan yang berjumlah 5 orang
16.  Binaraga yang berjumlah 2 orang
17.  Gulat yang berjumlah 27 orang
18.  Bridge yang berjumlah 5 orang
19.  Catur yang berjumlah 7 orang
20.  Kempo yang berjumlah 6 orang
21.  Tinju yang berjumlah 3 orang
Dari 175 atlit yang mengikuti sebagian besar terdiri dari pelajar dan mahasiswa yang mengharapkan mendapat kemudahan dari pemda kabupaten Pasaman Barat baik dalam melanjutkan ke bangku perkuliahan dan imbalan pekerjaan dari prestasi yang di dapat, sebagai contoh 3 orang atlit gulat kab. Pasaman Barat yang bisa masuk FIK UNP tanpa tes dan juga ada beberapa atlit yang mendapat honor daerah di pemda Kab. Pasaman Barat, selebihnya atlit ada juga yang tidak mendapatkan perhatian dari pemda sehingga terkesan habis manis sepah dibuang.
Perkembangan prestasi olah raga Pasaman Barat dapat dilihat sebagai berikut porda 1 di padang tahun 1986 Pasaman Barat pada urutan ke 4, porda ke II di bukittinggi tahun 1087 Pasaman Barat berada pada urutan ke 13, porda ke III di Batusangkar tahun 1990 Pasaman Barat berada pada urutan ke 14, porda ke IV di padang panjang 1992 ke 12, porda ke V di Pariaman tahun 1994 Pasaman Barat berada pada urutan ke 12, porda ke VI di Pasaman Barat tahun 1997 Pasaman Barat berada pada urutan ke 2, porda ke VII di Payakumbuh tahun 1999 Pasaman Barat berada pada urutan ke 3, porda ke VIII di painan tahun 2002 Pasaman Barat berada pada urutan ke 4, Porda ke IX di solok tahun 2004 Pasaman Barat berada pada urutan ke 5.
Adapun kotingen Pasaman Barat yang mendapat medali pada porda tahun 2006 dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
NO
CABANG
EMAS
PERAK
PERUNGGU
JUMLAH
1
SENAM
3
2
2
7
2
TENIS LAPANGAN
0
0
0
2
3
TENIS MEJA
0
0
0
0
4
RENANG
0
0
0
0
5
BOLA BASKET
0
0
0
0
6
ATLETIK
3
2
2
7
7
DAYUNG
0
0
0
0
8
BRIDGE
0
0
1
1
9
SEPAKBOLA
0
0
0
0
10
GULAT
1
1
6
8
11
BOLA VOLI
0
0
1
1
12
SEPAK TAKRAU
0
0
0
0
13
CATUR
0
0
0
0
14
KEMPO
0
0
0
0
15
TAEKWONDO
0
0
3
3
16
TINJU
0
0
0
0
17
KARATE
0
0
0
0
18
TARTUNG DERAJAT
3
4
2
9
19
PENCAK SILAT
1
0
0
1
20
BULU TANGKIS
0
0
0
0

JUMLAH
11
9
19
53

          Berdasarkan hal diatas dapat diproporsikan antara persepsi antara sikap dan kenyataan, dimana harapan mereka mendapatkan emas akan tetapi pada kenyataan hanya sebagian kecil yang mendapatkan emas dan rata-rata mendapatkan perunggu.
   Sikap adalah merupakan reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek dan sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (nataatmodjo, 2003:130)
   Sikap orangtua terhadap olahraga prestasi ada yang negative. Oleh sebab itu, penulis merasa terpanggil untuk meneliti masalah ini lebih dalam.

B.           Identifikasi Masalah
   Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut : sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Pasaman Barat.
C.           Pembatasan Masalah
               Mengingat luasnya masalah yang tercantum dalam identifikasi masalah maka penulis perlu membatasi agar penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan jangkauan dengan pengetahuan penulis. Adapun pembatasan masalah yang penulis maksudkan adalah menyangkut sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman barat pada tahun 2009.
D.             Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan pembatasan masalah maka pertanyaan penelitian adalah  “bagaimana sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman Barat”.
E.               Asumsi
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas , maka asumsi penelitian adalah semakin atlit Kabupaten Pasaman Barat, maka semakin bangga orang tua atlit tersebut.
F.         Manfaat Penelitian
            Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak dan instansi sebagai:
1.      bagi instansi terkait dapat dijadikan sebagai tambahan literature dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan.
2.      Bagi pemda setempat dapat dijadikan tambahan bahan dalam mengambil keputusan.
3.      bagi penulis disajikan untuk tugas dalam memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang.

BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

A.     Kajian Teori
1.      Harapan
         Menurut Mario Teguh (2001 ) harapan adalah impian yang belum tercapai, harapan yang dibuat oleh hati anada adalah impian anda. Anda tidak mungkin melihat jalan- jalan menuju ke tempat- tempat yang baik , bila hati anda kosong dari harapan .Harapan yang dalam adalah pembentuk kerendahan hati yang mudah menerima yang kecil dan yang sederhana sebagai syarat bagi pencapaian yang besar dan yang sulit. Harapan yang tinggi adalah pembentuk kesungguhan hati untuk menggunakan semua kekuatan dari keberadaan anda- untuk mencapai yang tertinggi dari yang mungkin anda capai.
         Menurut Warunu, M>Sc dan Dra Ninawati, MM banyak orang tua yang mengharapkan anaknya untuk memperoleh prestasi tinggi di sekolah. Bahkan untuk memenuhi harapannya tersebut, orang tua sering kali menjejali anaknya dengan berbagai macam kursus atau bimbingan pelajaran, diluar kegiatan sekolahnya. Hal ini tentu saja dapat menimbulkan tekanan , rasa letih dan jenuh dalam diri anak, yang akhirnya dapat membuat anak sres, karena padatnya kegiatan belajar yang harus dijalani oleh mereka. Besarnya stress dipengaruhi oleh penilaian subjektif anak terhadap situasi yang mengancam atau melebihi kemampuan mereka untuk mengatasinya. Situasi yang mengancam yang dimaksudkan disini, adalah harapan dan perlakuan orang tua yang dirasakan.

Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave ) , artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk bertindak atau berperilaku terbuka. Contoh: Sikap terhadap penyakit kusta adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta. Ketika komponen ini bersama- sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude ) . dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
                        Menurut Notoatmodjo( 2003:54 ) sikap terdiri dari berbagai tingkatan
a.       Menerima (receiving )
Menerima artinya orang( subjek ) mau menerima stimulus yang diberikan( objek ).
b.      Merespons (responding )
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.       Menghargai ( valuing )
Subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulasi, dalam , arti membahas dengan orang lain dan bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang merespon.
d.      Bertanggung jawab (responsible )
Bertanggung jawab atas terhadap apa yang telah diyakininya .
2. Sikap Orang Tua
            Sikap orang tua adalah respon yang diberikan oleh orang tua terhadap sesuatu hal, bisa berbentuk negative dan bisa berbentuk positif. Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyatan responden terhadap suatu objek jawaban yang dapat dipergunakan yaitu : Sangat setuju; setuju; tidak setuju; dan sangat tidak setuju ( Notoatmodjo, 2003: 132).
            Sikap ini dapat bersifat positif atau negative, dalam sikap positif kecendrungan tindakan adalah mendekati objek tertentu, dalam kehidupan masyarakat sikap ini penting sekali ( Purwanto, 1993: 37).

            3. Pengertian olahraga
                        Olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung cirri permainan dan
            berisi perjuangan melawan diri sendiri, orang lain, atau unsure-unsur alam,
            yang dilaksanakan dengan sukarela, dalam waktu senggang, dan semata-mata
            untuk mencapai tujuan yang ada dalam kegiatan itu sendiri (FPOK UPI,  2007                   Olahraga sebagai ujud kegiatan jasmani, yang semula dikembangkan
hanya untuk menyalurkan kelebihan energi atau untuk membunuh rasa bosan terhadap sesuatu yang monoton, sebenarnya memiliki pengaruh yang amat luas terhadap kehidupan social budaya, baik langsung maupun tidak langsung. Dalam kegiatannya, olahraga akan selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar dimana individu yang bersangkutan melakukannya. Olahraga telah ikut serta mempercepat proses perkembangan social dan budaya. Penyaluran minat untuk menggerakkan jasmani itu menimbulkan berbagai kebutuhan dan tantangan lain yang berkait baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang langsung maupun tidak langsung.
            Pentingnya olahraga bagi kehidupan manusia, tidak hanya diyakini oleh individu atau sekelompok individu, tapi sudah diakui oleh seluruh umat manusia, termasuk oleh para penyelenggara Negara diberbagai belahan bumi. Telah banyak organisasi-organisasi atau institusi-institusi formal dan non-formal, baik padatingkat nasional, regional, maupun internasional telah menempatkan olahraga sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan masyarakat secara utuh.
            Prestasi mempunyai pengertian “hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya (WJS Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia)”. Karena itu, berbagai gelar atau predikat sebagai suatu bentuk penghargaan yang diberikan atas prestasi, hendaknya diletakkan dalam pengertian prestasi yang mengacu pada defenisi tersebut (Robertus, 2004).
            Olahraga prestasi merupakan aktivitas dengan memanfaatkan olahrag sebagai instrument dalam meraih prestasi tertinggi bidang olahraga. Bahkan lebih jauh lagi olahraga prestasi sering diarahkan menjadi olahraga yang eksklusif dan propesional (FPOK UPI, 2007).
            Telahan ragam sumber berkenan dengan situasi dan kondisi perkembangan serta pengelolaan olahraga yang bersifat kompetitif atau lebih dikenal dengan olahraga prestasi di Jawa Barat mengindikasikan bahwa pemerintah memberikan perhatian yang siriusseperti penyediaan dana yang memadai untuk menggalang pembinaan dan penyelenggaraan event-event terbuka dengan biaya tinggi. Hal ini pula nampak dari keberpihakan pemerintah dengan segala atributnya, (peraturan, pendanaan, dll). Lebih terkonsentrasi pada lingkungan olahraga prestasi yang bersifat eksklusif dan hanya melibatkan persentase yang amat kecil dari sisi partisipan masyarakat. Olahraga ini benar-benar hanya dapat dinikmati oleh sebagian orang yang memiliki kemampuan lebih baik dari segi fisik, kesempatan, gender, ekonomi dan bahkan tingkat status sosisal tertentu.
            Beberapa temuan lapangan yang menjadi penyebab ekslusivitas dalam pembinaan olahraga prestasi seperti yang terjadi di Indonesia pada umumnya berdasarkan beberapa perspektif :
1.      Keterbatasan partisipasi seseorang berolahraga disebabkan oleh: (1 ) cabang olahraga yang berkembang di masyarakat adalah cabang olahraga yang menuntut keterampilan gerak yang tinggi, sehingga bagi sebahagian masyarakat yang rendah keterampilan geraknya kesulitan untuk menekuninya ; (2) nuansa kegiatan yang sangat kompetitif sehingga olahraga yang dimaksud hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang berkemampuan lebih dari orang biasa dan (3) rendahnya derajat kesehatan dan atau kebugaran jasmani sebagai fondasi untuk berolahraga.
2.      Keterbatasan partisipasi masyarakat disebabkan oleh , (1) pengaruh sistem nilai yang menempatkan olahraga sebagai kegiatan yang tidak bermakna; (2)  paham yang menempatkan olahraga sebagai kegiatan yang hanya cocok untuk kaum laki- laki sehingga pada kegiatan olahraga terjadi ketimpangan gender.
            Olahraga termasuk sebagai agenda nasional atau kebijakan public, akan tetapi masih dalam posisi yang termajinalkan . Dukungan kemauan politik dan anggaran dari pemerintah serta masyarakat, khususnya di Jawa Barat, masih diprioritaskan pada pembangunan dan pengembangan olahraga prestasi untuk mencapai prestasi tertinggi pada multi event’ seperto PORPROV, PON, Sea Games, Asean Games, ataupun Olympiade dan event olahraga lainnya. Tentu saja kondisi ini tidaklah tepat manakala pembangunan olahraga hanya menekankan pada unsure raihan medali dan bukan sebagai mediasi dalam peningkatan kualitas human capital  . Maka dari itu pembangunan infra struktur dan suprastruktur dibidang keolahragaan perlu dilakukan.

4.         Olahraga Prestasi
                        Olahraga prestasi dapt juga meningkatkan prestise, pendidikan atletnya, tersedianya sarana dan prasarana adalah syarat minimal untuk minat masyarakat dalam berolahraga. Secara psikologis, sarana memadai akan menimbulkan dorongan dasar bagi seseorang untuk mencoba dan menyalurkan hasrat bergeraknya, sekedar melampiaskan kepenatan dan keterbatasan gerak akibat terkungkungnya orang yang bersangkutan dalam ruang gerak yang terbatas, seperti kantor, kendaraan, pabrik, rumah yang tertutup dsb.
                        Untuk memaksimalkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam olahraga, pemerintah perlu memberikan stimulasi berupa penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan nyaman bagi mereka. Ketersediaan sarana dan prasarana atau ruang public (public service) sangat mendesak untuk diwujudkan, karena tanpa ruang public yang memadai akan berpengaruh terhadap pembentukan perilaku menyimpang di keluarga atau masyarakat yang pada akhirnya berdampak negative terhadap pencapaian sasaran pembangunan kualitas sumber daya manusia dan kualitas kehidupannya.
Dengan demikian, olahraga di lingkungan keluarga dan masyarakat sifatnya sangat mendasar. Langkah- langkah penyadaran akan pentingnya olahraga dalam kehidupan mereka menjadi modal utama dalam membangun keolahragaan untuk jenjang selanjutnya. Oleh karena itulah, upaya memperkokoh fondasi menjadi tugas utama pemerintah dalam merumuskan kebijakan dalam pembangunan olahraga.
            5.         Penertian Prestasi
                        Prestasi mempunyai pengertian ‘ hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya ( WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia ). Karena itu , berbagai gelar atau predikat sebagai suatu bentuk penghargaan yang diberikan atas prestasi, hendaknya diletakkan dalam pengertian prestasi yang mengacu pada definisi tersebut ( Robertus, 2004).
            6.         Pengertian Olahraga Prestasi
                        Olahraga prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. ( Undang- undang sistim keolahragaan nasional tahun 2007 ).
            Olahraga prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Melalui olahraga prestasi proses pembinaan dan pengembangan secara terencana dan berjenjang dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan dan potensi untuk mencapai prestasi.
            7.         Harapan
                        Harapan merupakan keinginan yang diharapkan oleh seseorang. Harapan sama dengan yang diharapkan terjadi di kemudian hari atas apa yang dilakukan sekarang. Harapan orang tua adalah apa yang diharapkan oleh orang tua dan yang akan dating.
                        Harapan memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meransang seseorang agar mau melakukan sesuatu. Dengan harapan dapat memotivasi seseorang yang berasal dari dalam diri orang tersebut. Harapan bisa dating karena keinginan sendiri maupun karena anjuran/ perkataan orang lain.
B.     Kerangka Konseptual
               Tujuan dari olahraga prestasi adalah untuk memberikan kesempatan dan jalur masuk bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam olahraga, dan ketika sudah berpartisipasi juga menyediakan jalur untuk meningkatkan penampilannya hingga tingkat yang paling optimum sesuai dengan sikapnya.
   Tinggi rendahnya tingkat perekonomian orang tua mempengaruhi prestasi anak dalam bidang olahraga karena masalah pendanaan dalam penyelenggaraan keolahragan yang masih terbatas coba diatasi dengan pembentukan badan usaha milik Negara yang berkaitan dengan kegiatan keolahragaan . Pasal 8 ayat I PP No. 18/2007 mengamanatkan untuk mendukung pendanaan keolahragaan, pemerintah dapat membentuk badan usaha keolahragaan milik Negara yang berbadan hokum (Kep. Press, 2))7 ).
               Peninjauan aspek kesehatan dari aktivitas jasmani dan olahraga bukanlah topic baru, karena sebelumnya sudah banyak pertemuan yang membicarakan tentang olahraga dan kaitannya dengan dimensi ekonomi dari
                                                                                                                           15
berbagai disiplin ilmu( 19-22 Juli 1999, di Ashevile, North Caroline, AS ) yang mengungkapkan keuntungan secara ekonomis dari gaya hidup aktif dibandingkan gaya hidup diam.
               Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bila orang tua memiliki tingkat ekonomi yang tinggi maka anak tidak mempunyai kendala di bidang olahraga karena apapun yang dibutuhkan dalam berolahraga dapat terpenuhi oleh orang tua.
               Pembangunan olahraga pada umumnya diartikan sebagai proses dan usaha untuk meningkatkan kehidupan ekonomi, politik, social, budaya dan infrastruktur masyarakat. Pembangunan olahraga adalah proses perubahan social. Pembangunan olahraga nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Kebijaksanaan pembangunan di segala bidang seantiasa ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum. Segala upaya yang berkelanjutan, dan memanfaatkan segala sumber- sumber pendukung secara optimal harus diarahkan pada upaya peningkatan kehidupan seluruh masyarakat , termasuk didalamnya adalah upaya peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran, sehingga mereka dapat hidup layak ditengah- tengah kehidupan global.
               Tom Martinek dan Lawson, dua tokoh pemulihan kontruksi social melalui aktivitas olahraga penerus Hellison, pernah dating ke Indonesia untuk menyajikan makalah pada acara konferensi di Yokyakarta (2004) dan melakukan workshoppemulihan trauma, depresi, dan stress Pasca tsunami melalui olahraga yang dilaksanakan pada awal atahun 2005 di Ditjora ( sekarang Menpora). Mereka pada dasrnya memberikan konsep dan pelatihan pemulihan kondisi kehidupan anak yang beresiko akibat berbagai penyebab melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
               Prestasi olahraga dapat meningkatkan social seseorang karena dengan adanya prestasi dalam bidang olahraga tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan sosialnya, dengan demikian banyak orang tua yang anaknya bergelut dalam bidang olahraga berharap anaknya memperoleh prestasi yang menonjol agar dapat meningkatkan social keluarga dimata masyarakat.

               Berdasarkan kajian teori diatas dapat dirancang dari beberapa variabel sikap orang tua terhadap pembinaan olahraga prestasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
                                                                        Pembinaan prestasi
         Sikap orang tua                                                    Olahraga          
                                                                       

Gambar I : Kerangka Konseptual Sikap Orang Tua terhadap Pembinaan Prestasi
                  Olahraga di Kabupaten Pasaman Barat.
C.           Pertanyaan Penelitian
               Berdasarkan pembatasan masalah maka pertnyaan penelitian adalah “ bagaimana sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di kabupaten pasaman Barat “


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.            Jenis Penelitian
              Jenis dari penelitian ini berbentuk deskriptif yang bertujuan untuk memberikan pengertian dan menginterprestasikan data sebaimana adanya, data yang diperoleh akan ditampilkan apa adanyadan di interprestasikan sesuai dengan tujuan dan pertanyaan- pertanyaan yang telah dikemukakan.
             Sudjana (1989 : 64 ) menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskriptifkan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang dengan perkiraan lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada masalh- masalah actual bagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
             Menurut pendapat diatas bahwa penelitian deskriptif berusaha untuk mendiskriptifkan suatu gejala atau peristiwa yang sedang berlangsung yang memfokuskan kepada masalah sebagaimana adanya. Sehubungan dengan pendapat diatas penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana sikap orang tua terhadap kegiatan olahraga.

B.            Tempat dan Waktu Penelitian
                        `1. Tempat Penelitian
                              Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pasaman Barat.
                        2. Waktu Penelitian
                              Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010 dan dilaksanakan pada saat proposal ini disetujuai oleh dosen pembimbing.
            C.              Definisi Operasional
                        Agar tidak terjadi keracuan dalam istilah- istilah yang terdapat dalam penelitiannya ini maka perlu bagi penulis untuk menjelaskan beberapa istilah, antara lain :
1.      Olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung cirri permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri, orang lain, atau unsur- unsur alam, yang dilaksanakan dengan sukarela, dalam waktu senggang, dan semata- mata untuk mencapai tujuan yang ada dalam kegiatan itu sendiri.
2.      Olahraga prestasi merupakan aktivitas dengan memanfaatkan olahraga sebagai instrument dalam meraih prestasi tertinggi bidang olahraga . Bahkan lebih jauh lagi olahraga prestasi sering diarahkan menjadi olahraga yang eksklusif dan propesional. Untuk itu pelaku olahraga ini jumlahnya sangat terbatas.

C.    Populasi dan sampel
1.          Populasi
          Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah orang tua atlet yang lolos seleksi untuk mengikuti Porprov kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan kota Sawah Lunto tahun 2010 yaitu sebanyak 150 orang seperti pada tabel dibawah ini :

Tabel
Jumlah Populasi


No
Cabang
Jumlah Orang tua
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Atletik
Senam
Renang
Karate
Pencak Silat
Sepak Bola
Bola basket
Bulu Tangkis
Dayung
Sepak Takraw
Taekwondo
Tenis Meja
Tarung derajat
Bolavoli
Tenis Lapangan
Binaraga
Gulat
Bridge
Catur
Kempo
Tinju

2
5
2
9
11
20
12
4
2
16
4
8
5
13
5
2
9
5
7
6
3


Jumlah
150

            2.         Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil sebayak 20% yaitu sebanyak 30
            Orang.
Tabel 2
Jumlah Sampel

No
Cabang
Jumlah Orang Tua
Jumlah Sampel
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
Atletik
Senam
Renang
Karate
Pencak Silat
Sepak Bola
Bola basket
Bulu Tangkis
Dayung
Sepak Takraw
Taekwondo
Tenis Meja
Tarung derajat
Bolavoli
Tenis Lapangan
Binaraga
Gulat
Bridge
Catur
Kempo
Tinju

2/150x30
5/150x30
2/150x30
9/150x30
11/15x30
20/150x30
12/150x30
4/150x30
2/150x30
16/150x30
4/150x30
8/150x30
5/150x30
13/150x30
5/150x30
2/150x30
9/150x30
5/150x30
7/150x30
6/150x30
3/150x30


0
1
0
2
2
4
2
1
0
4
1
2
1
3
1
0
2
1
1
1
1

Jumlah
150
30


D.          Jenis dan Sumber Data
1.                  Jenis data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data primer yang langsung diperoleh dari sampel ( orang tua atlet yang lolos seleksi untuk mengikuti porprov kebupaten Sawah Lunto Sijunjung dan kota Sawah Lunto tahun 2010 yang ada di Kabupaten Pasaman barat.

2.                  Sumber Data
.           Yang menjadi sunber data dalam penelitian ini adalah orang tua atlet dan atlet itu sendiri.
F.         Teknik dan Pengumpulan Data     
                        Sesuai data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka yang digunakan untuk pengumpulan data adalah angket (kuesioner ) dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1.                  Membuat anket yang sesuai dengan pertanyaan.
2.                  Uji coba angket dilakukan pada orang tua, orang tua atlet yang tergabung di dalam 21 cabang olahraga yang ada di Kabupaten Pasaman barat.
3.                  Menyebarkan angket
4.                  Mengumpulkan angket yang telah diisi sampel
5.                  Pengecekan kebenaran pengsiannya
6.                  melakukan pengolahan data
G.                  Instrumentasi /Alat Pengumpulan data
            Alat yang digunakan untuk dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui angket ( koesioner ) . Langkah- langkah yang dilakukan dalam pembuatan angket ini adalah:
1.      Menentukan indicator dan sub indicator yang dijadikan pedoman dalam butir- butir instrument
2.      Membuat kisi- kisi angket
3.      Melakukan uji coba instrument
            Penyusunan angket ini dilakukan dengan skala likert ( Rsyid, 1993: 127) yaitu dengan lima kategori jawaban antara lain:
a.       Sangat Setuju( SS)
b.      Setuju( S )                                                            
c.       Ragu- Ragu (RR )
d.      Tidak Setuju (TS )
e.       Sangat Tidak Setuju (STS )
Dengan score penilaian 5, 4, 3, 2, 1 dan, sedangkan untuk pernyataan bersifat negative(-) di bernilai berturut- turut 1, 2, 3, 4 dan 5.
H.                  Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penulisan ini kemudian di analisis dengan
            Cara- cara sebagai berikut :
1.      memeriksa semua angket yang telah diisi oleh responden
2.      Membuat tabel persiapan untuk tabulasi data
3.      Menghitung frekuensi data alternative jawaban yang diberikan
4.      menghitung frekuensi jawaban dengan rumus :
            P =  F   x 100%
                   N
Keterangan:
P = Jumlah Parsentase Jawaban
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
( Arikunto, 1998 )
            Untuk menentukan tingkat pelaksanaan olahraga akses pernyataan penelitian dengan membandingkan antara skor yang diperoleh dari data dan dibagi dengan skor yang seharusnya dicapai,dengan kategori (Arikunto,1996:224) sebagai berikut:
            81-100%            =baik sekali
            61-80%              =baik
            41-60%              =sedang                                                       
            21-40%              =kurang baik


BAB IV
HASIL PENELITIAN


            Dalam bab ini akan dijelaskan analisis dan pembahasan yang dengan sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di kabupaten Pasaman Barat berdasarkan data dan informasi yang diperoleh dari lapangan kemudian di olah dengan analisis deskriptif.
A. Deskripsi Data
                        Sesuai dengan jenis data yang diperlukan, yaitu data jenis primer dan
Sekunder maka deskriptif data dilakukan dengan cara menyebarkan angket, pelaksanaan observasi berupa pengalaman langsung di lapangan dan wawancara dengan responden. Hal ini berguna untuk melihat lebih dekat lagi, sehingga data yang diperoleh semakin lengkap.
            Berpijak dari uraian terdahulu, maka seterusnya dilakukan analisa data dan pembahasan penyusunan skripsi yang menggunakan metode deskriptif, data yang sudah diolah tadi, dapat ditafsirkan sehingga merupakan jawaban dari pernyataan peneliti yang mengungkapkan bagaimana adanya tentang sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman Barat. Berikut ini dapat dilihat pada tabel hasil penelitian berdasarkan indicator-indikator yang ada.
            Pada bab ini akan dikemukakan deskripsi data yang telah peneliti lakukan terhadap penelitian. Penelitian ini meliputi sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2009.

                                                          Tabel 3                                      
Sikap Orang Tua Terhadap Olahraga Prestasi di Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2010

No Item
Alternatif Jawaban
SS
S
RR
TS
STS
Fi
%
Fi
%
Fi
%
Fi
%
Fi
%
1
9
30,00
17
56,57
 4
 13,33
-
-
-
-
2
8
26,67
20
66,67
 2
 2,00
-
-
-
-
3
3
10.00
25
83,33
 2
 6,67
-
-
-
-
4
11
36.67
17
56,57
 2
 6,67
-
-
-
-
5
7
23,33
21
70,00
 2
 2,00
-
-
-
-
6
10
33,33
18
60,00
 2
 6,67
-
-
-
-
7
8
26,67
20
66,67
 2 
 6,67 
-
-
-
-
8
4
13,33
24
80,00
 2 
  6,67
-
-
-
-
9
11
36,67
18
70,00
 2
 3,33
-
-
-
-
10
8
26,67
20
66,67
 1
  6,67
-
-
-
-
11
10
33,33
16
53,33
 2
  13,33
-
-
-
-
12
8
26,67
20
66,67
 4
   6,67
-
-
-
-
13
3
10.00
24
80,00
 2
 10,00
-
-
-
-
14
10
33,33
19
63,33
 3
 3,33
-
-
-
-
15
9
30,00
21
70,00
 -
 -
-
-
-
-
16
-
-
-
-
 -
 -
24
80,00
6
20,00
17
-
-
-
-
 4
 4,00

53,33
10
33,33
18
-
-
-
-
 -
 -
24
80,00
6
20,00
19
-
-
-
-
 4
 13,33

53,33
10
33,33
20
-
-
-
-
 -
 -
24
80,00
6
20,00
21
-
-
-
-
 4
  13,33

53,33
10
33,33
22
-
-
-
-
 -

24
80,00
6
20,00
23
-
-
-
-
 4
 13,33 

53,33
10
33,33
24
-
-
-
-
 -

24
80,00
6
20,00
25
-
-
-
-
 4
  13,33

53,33
10
33,33
26
-
-
-
-
 -

24
80,00
6
20,00
      27
-
-
-
-
 4
  13,33

53,33
10
33,33
29
-
-
-
-
 4
  13,33

80,00
6
20,00
30
-
-
-
-
 -

24
80,00
6
20,00
Rata-rata
 4
 12,40
31,25 
 2
 5,56
 10
 31,67
 4
 12,29

                        Berdasarkan tabel diatas terlihat 4 (12,40%) responden menyatakan sangat setuju memiliki sikap positif terhadap olah raga prestasi anaknya dan 9 (31,25%) responden menyatakan setuju serta hanya 2 (5,56) yang masih ragu ragu.
            Jika dilihat dari aspek lainnya yaitu 17 (56,7%) orang tua setuju kalau anak yang memiliki prestasi dalam olah raga mendapatkan hadiah berupa uang, 20 (66,7%) orang tua setuju anak yang berprestasi mendapatkan beasiswa, 25 (83,3%) orang tua setuju anak yang berprestasi dalam bidang olah raga mendapatkan pekerjaan yang layak,. 17 (56,7%) orang tua setuju dengan adanya prestasi prestasi olah raga hendaknya anak dapat disekolahkan ke tingkat yang lebih tinggi dan 21 (70,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu diberikan tempat yang layak.
                        Hasil analisis lain ditemukan 18 (60,0) orang tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu harus diperhatikan kebutuhan gizinya, . 20 (66,7%) orang tua setuju agar anak sehat saya mendukung untuk berolahraga , 24 (80,0%) orang tua setuju berharap anak yang berprestasi olahraga itu diberikan bonus berupa paket liburan, 18(60,0%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga itu diberikan penghargaan berbentuk piagam, 20 (66,7%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga jadi atlit yang terkenal.       
                        Hasil analisis deskriptif menemukan 16 (53,3%) orang tua setuju anak
            Berprestasi olahraga diangkat menjadi PNS, 20 (66,7%) orang tua setuju anak
            Yang berprestasi diolahraga hendaknya diperhatikan oleh pemda setempat, 24(80,0%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga mempunyai pemikiran yang cerdas, 19 (63,3%) orang tua setuju anak yang berprestasi memiliki pergaulan yang luas dan 21 (70,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi suka membantu.
D. Pembahasan          
            Temuan penelitian ini adalah bahwa sikap orang tua terhadap olah raga prestasi di kabupaten pasaman barat ditemukan 4 (12,40%) responden menyatakan sangat setuju memiliki sikap positif terhadap olah raga prestasi anaknya dan  9(31,25%) responden menyatakan setuju serta hanya 2(5,56) yang masih ragu ragu.
            Sikap orang tua dikabupaten pasaman barat dilihat berdasarkan data diatas, dapat kita simpulkan bahwa sikap orang tua akan menjadi positif apabila anak yang berprestasi dalam bidang olah raga diberikan beasiswa, uang atau jaminan pekerjaan yang layakdi masa mendatang.
            Hal di atas didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh New Comb dalam Notoatmodjo (2003:124-125) menyatakan sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan “predisposisi” tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka.
            Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005:53) bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok yakni :            
        1.    Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep suatu objek, artinya bagaimana keinginan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Contoh: sikap seseorang terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat orang tersebut terhadap penyakit kusta.
         2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek artinya bagaimana penilaian( terkandung dalam factor emosi ) orang tersebut terhadap objek. Contoh : bagaimana orang menilai penyakit kusta , apakah penyakit itu biasa saja atau membahayakan.
         3. Kecendrungan untuk bertindak ( trend to behave ), artinya sikap adalah    merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk bertindak atau perilaku terbuka. Contoh : sikap terhadap penyakit kusta adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.
            Ketiga komponen ini secara bersama- sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ) . Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
            Menurut Notoatmodjo ( 2003:54 ) sikap terdiri dari berbagai tingkatan:
a.       Menerima ( reveiving )
Menerima artinya orang (subjek ) mau menerima stimulus yang diberikan ( objek ).
b.      Merespon ( responding )
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c.       Menghargai ( valuing )
Subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek  atau stimulus, dalam arti membahas dengan orang lain atau tindakan bahkanmengajak dan mempengaruhi orang merespon.
                        d.. Bertanggung jawab ( responsible )
                            Bertanggungjawab atas terhadap apa yang telah diyakininya.
            Sikap dapat memberikan dampak yang positif dan negative terhadap perilaku seseorang, sikap yang positif akan memberikan dampak yang baik terhadap prestasi anak dalam bidang olahraga sebaliknya sikap yang negative memberikan dampak yang kurang baik terhadap kemajuan anak dalam berprestasi dalam bidang olahraga, dimana tidak adanya anak memperoleh dukungan diri orang tua selaku orang terdekat dalam memberikan dorongan terhadap anak agar lebih berprestasi dalam bidang olahraga.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A.        Kesimpulan
              1.   Berdasarkan hasil penelitian terlihat 4 (12,40%) responden menyatakan   sangat setuju memiliki sikap positif terhadap olahraga prestasi anaknya dan 9 (31,25%) responden menyatakan setuju serta hanya 2 (5,56%) yang masih ragu- ragu.
               2.  Hasil analisis dekskriptif menemukan 17 (56,7%) orang tua setuju kalau
                   anak yang memiliki prestasi dalam olahraga mendapatkan hadiah berupa uang , 20 (66,7%) orang tua setuju anak yang berprestasi mendapatkan bea siswa , 25 (83,3% ) orang tua setuju anak yang berprestasi dalam bidang olahraga mendapatkan pekerjaan yang layak,. 17 (56,7%) orang tua setuju dengan adanya prestasi olah raga hendaknya anak dapat disekolahkan ke tingkat yang lebih tinggi dan 21 (70,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu diberikan tempat tinggal yang layak.
3.                  hasil analisis deskriptif menemukan 18 (60,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu harus diperhatikan kebutuhan gizinya , . 20 (66,7%) orang tua setuju agar anak sehat saya mendukung untuk berolah raga, 24 (80,0%) orang tua setuju berharap anak yang berprestasi olahraga itu diberikan bonus berupa paket liburan, 18 (60,0%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga itu diberikan penghargaan berbentuk piagam, 20 (66,7%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga jadi atlet yang terkenal.
4.                  Hasil analisis deskriptif menemukan 16( 53,3%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga diangkat menjadi PNS, 20 (66,7% ) orang tua setuju anak yang berprestasi di olahraga hendaknya diperhatikan oleh pemda setempat , 24 (80,0%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga mempunyai pemikiran yang cerdas, 19 (63,3%) orang tua setuju anak yang berprestasi memiliki pergaulan yang luas dan 21 (70,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi suka membantu.
B.        Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti dapat memberikan saran yaitu:
1.      Diharapkan kepada instansi yang terkait dalam bidang olahraga hendaknya memberikan dorongan agar orang tua anak yang memiliki prestasi olahraga memberikan komptribusi yang positif terhadap olahraga prestasi yang diemban oleh anaknya.
                          2. Memberikan hadiah- hadiah kepada anak yang berprestasi di  bidang olahraga berupa uang, piagam, bea siswa sampai keperguruan tinggi dan lainnya.
 3. Memberikan jaminan pekerjaan yang layak kepada anak- anak yang     berprestasi dalam bidang olahraga setelah menyelesaikan pendidikannya.
                        4. Memberikan paket liburan kepada anak yang berprestasi dalam
                            Bidang olahraga.
                       5. Diharapkan adanya peneliti lebih lanjut mengenai sikap orang tua
                           Terhadap olahraga prestasi anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar