BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Olahraga
adalah sesuatu yang bisa dinikmati oleh semua orang di dunia,
tanpa memperhatikan stratifikasi atau yang berkait dengan tingkat
kekayaan atau kemiskinan seseorang. Fungsi utama olahraga adalah untuk
menyehatkan badan
Dan memastikan organ tubuh masih sehat. Akan tetapi, biasanya olahraga
mempunyai arti yang sangat luas dan dalam. Olahraga mempunyai kemampuan untuk
menciptakan perasaan bahwa orang termasuk dalam kelompok atau komunitas yang
mencintai hidup sehat. Ketika bermain olahraga , semua pemain menjadi sama
tanpa memperhatikan suku bangsa, kekayaan, warna kulit, atau agama (Sydney , 2002: 45 ).
Pembangunan olahraga yang
tepat dan menyentuh seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu
pertimbangan penting dalam setiap gerak
langkah pembangunan daerah dibidang olahraga. Tujuan akhir pembangunan daerah
termasuk pembangunan dalam bidang olahraga haruslah bermuara pada peningkatan
kualitas kehidupan warga masyarakat termasuk di dalamnya tingkat
kesejahteraannya. Oleh karena itu, adalah wajar apabila pembangunan olahraga
mendapat perhatian semestinya dari pemerintah Pasaman Barat dan Pemerintah
Pusat., propinsi maupun kabupaten/ kota, dengan sasaran terjadinya perubahan
paradigma agar pemerintah dan masyarakat benar- benar dapat menarik manfaat
langsung dari kegiatan pembangunan olahraga tersebut.
Peraturan pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 tahun 2007 tentang Penyelenggaraan keolahragaan telah menentukan
tentang siapa saja yang
nantinya terlibat dalam bidang penyelenggaraan olahraga. Orang tua
mempunyai sikap yang besar terhadap prestasi anaknya terutama dalam bidang
olahraga yang digeluti oleh anak. Orang tua beranggapan dengan adanya prestasi
anaknya dalam bidang olahraga tersebut dapat meningkatkan factor prestise
keluarga, ekonomi, social dan factor lainnya. Keberhasilan anak dalam suatu
bidang adalah suatu kebanggaan tidak dapat diukur oleh orang tuanya. Orang tua
terhadap prestasi seorang anak mempunyai peranan yang sangat besar ( Josep,
2007:15 )
Kabupaten Pasaman barat terdiri dari latar
belakang masyarakat yang berbeda- beda baik dari segi ekonomi, social budaya,
politik, agama, pendidikan dan lain sebagainya, maka dari itu penjas pendapat
atau pandangan tentang olahraga prestasi masih sangat beragam ada yang
beranggapan negative dan beranggapan positif.
Perkembangan olahraga prestasi di
Kabupaten Pasaman Barat, di lihat dari atlit yang mengikuti beberapa ifen yang
bersifat daerah tidak banyak yang diharapkan untuk masa depan atlit itu sendiri
karena setelah ifen yang diikutinya mereka mulai menghilangkan diri dan tidak
lagi mengasah kemampuannya dan kembali
lagi apabila ifen akan dilaksanakan lagi. Pemerintah kabupaten Pasaman Barat
tidak begitu memberi sorotan dengan untuk perkembangan atlit tersebut, dari
sanalah dapat dilihat perkembangan olahraga prestasi di kabupaten Pasaman Barat
jauh dari sikap yang diharapkan.
Porprov tahun 2006 di Kabupaten Sawah
Lunto Sijunjung dan kota Sawahlunto jauh sekali penurunan prestasi porprov
tahun 2004 di kabupaten Solok yang dicapai oleh kabupaten Pasaman Barat itu
sendiri, sebagai bukti dilihat prestasi dari porprov tahun 2004 di kab. Solok,
Kab. Pasaman Barat
2
meraih prestasi 5 besar dengan
perolehan medali 15 emas, 19 perak dan 24 peluru sedangkan pada provprov di
kab. SWL/SJJ dan kota
Sawahlunto Kab. Pasaman Barat Meraih peringkat 10 sengan perolehan medali 11
emas, 9 perak dan 19 perunggu.
Dari 175 atlit Kab. Pasaman Barat
yang ikut serta provprov tahun 2006 yang lalu jauh sekali dari yang diharapkan
pemerintah kab. Pasaman Barat yaitu kembali meraih peringkat 10 besar berikut
uraian dan cabang-cabang dan banyaknya atlit percabang yang diikut sertakan
oleh kab. Pasaman Barat pada provprov tahun 2006 di kab. SWL/SJJ dan kota sawahlunto adalah :
1.
Atletik yang berjumlah 12 orang
2.
Senam yang berjumlah 11 orang
3.
Renang yang berjumlah
4.
Karate yang berjumlah 9 orang
5.
Pencak Silat yang berjumlah 11 orang
6.
Sepak Bola yang berjumlah 20 orang
7.
Bola Basket yang berjumlah 12 orang
8.
Bulu Tangkis yang berjumlah 4 orang
9.
Duyung yang berjumlah 26 orang
10. Sepak
Takrau yang berjumlah 16 orang
11. Taekwondo
yang berjumlah 4 orang
12. Tenis
meja yang berjumlah 4 orang
13. Tarung
Derajat yang berjumlah 5 orang
14. Bolavoli
yang berjumlah 24 orang
15. Tenis
Lapangan yang berjumlah 5 orang
16. Binaraga
yang berjumlah 2 orang
17. Gulat
yang berjumlah 27 orang
18. Bridge
yang berjumlah 5 orang
19. Catur
yang berjumlah 7 orang
20. Kempo
yang berjumlah 6 orang
21. Tinju
yang berjumlah 3 orang
Dari 175 atlit yang mengikuti sebagian besar terdiri
dari pelajar dan mahasiswa yang mengharapkan mendapat kemudahan dari pemda
kabupaten Pasaman Barat baik dalam melanjutkan ke bangku perkuliahan dan
imbalan pekerjaan dari prestasi yang di dapat, sebagai contoh 3 orang atlit
gulat kab. Pasaman Barat yang bisa masuk FIK UNP tanpa tes dan juga ada
beberapa atlit yang mendapat honor daerah di pemda Kab. Pasaman Barat,
selebihnya atlit ada juga yang tidak mendapatkan perhatian dari pemda sehingga
terkesan habis manis sepah dibuang.
Perkembangan prestasi olah raga Pasaman Barat dapat
dilihat sebagai berikut porda 1 di padang tahun 1986 Pasaman Barat pada urutan
ke 4, porda ke II di bukittinggi tahun 1087 Pasaman Barat berada pada urutan ke
13, porda ke III di Batusangkar tahun 1990 Pasaman Barat berada pada urutan ke
14, porda ke IV di padang panjang 1992 ke 12, porda ke V di Pariaman tahun 1994
Pasaman Barat berada pada urutan ke 12, porda ke VI di Pasaman Barat tahun 1997
Pasaman Barat berada pada urutan ke 2, porda ke VII di Payakumbuh tahun 1999
Pasaman Barat berada pada urutan ke 3, porda ke VIII di painan tahun 2002
Pasaman Barat berada pada urutan ke 4, Porda ke IX di solok tahun 2004 Pasaman
Barat berada pada urutan ke 5.
Adapun kotingen Pasaman Barat yang mendapat medali
pada porda tahun 2006 dapat dilihat dari tabel dibawah ini.
NO
|
CABANG
|
EMAS
|
PERAK
|
PERUNGGU
|
JUMLAH
|
1
|
SENAM
|
3
|
2
|
2
|
7
|
2
|
TENIS LAPANGAN
|
0
|
0
|
0
|
2
|
3
|
TENIS MEJA
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
RENANG
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
BOLA BASKET
|
0
|
0
|
0
|
0
|
6
|
ATLETIK
|
3
|
2
|
2
|
7
|
7
|
DAYUNG
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8
|
BRIDGE
|
0
|
0
|
1
|
1
|
9
|
SEPAKBOLA
|
0
|
0
|
0
|
0
|
10
|
GULAT
|
1
|
1
|
6
|
8
|
11
|
BOLA VOLI
|
0
|
0
|
1
|
1
|
12
|
SEPAK TAKRAU
|
0
|
0
|
0
|
0
|
13
|
CATUR
|
0
|
0
|
0
|
0
|
14
|
KEMPO
|
0
|
0
|
0
|
0
|
15
|
TAEKWONDO
|
0
|
0
|
3
|
3
|
16
|
TINJU
|
0
|
0
|
0
|
0
|
17
|
KARATE
|
0
|
0
|
0
|
0
|
18
|
TARTUNG DERAJAT
|
3
|
4
|
2
|
9
|
19
|
PENCAK SILAT
|
1
|
0
|
0
|
1
|
20
|
BULU TANGKIS
|
0
|
0
|
0
|
0
|
JUMLAH
|
11
|
9
|
19
|
53
|
Berdasarkan hal diatas dapat
diproporsikan antara persepsi antara sikap dan kenyataan, dimana harapan mereka
mendapatkan emas akan tetapi pada kenyataan hanya sebagian kecil yang
mendapatkan emas dan rata-rata mendapatkan perunggu.
Sikap adalah merupakan reaksi
atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek
dan sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan
terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup (nataatmodjo, 2003:130)
Sikap orangtua terhadap olahraga
prestasi ada yang negative. Oleh sebab itu, penulis merasa terpanggil untuk
meneliti masalah ini lebih dalam.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang
masalah maka dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut :
sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Pasaman Barat.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya masalah
yang tercantum dalam identifikasi masalah maka penulis perlu membatasi agar
penelitian ini dapat dilaksanakan sesuai dengan jangkauan dengan pengetahuan
penulis. Adapun pembatasan masalah yang penulis maksudkan adalah menyangkut
sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman barat
pada tahun 2009.
D. Pertanyaan Penelitian.
Berdasarkan pembatasan masalah maka pertanyaan
penelitian adalah “bagaimana sikap orang
tua terhadap pembinaan prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman Barat”.
Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas , maka asumsi
penelitian adalah semakin atlit Kabupaten Pasaman Barat, maka semakin bangga
orang tua atlit tersebut.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi pihak dan instansi sebagai:
1.
bagi instansi terkait dapat dijadikan sebagai tambahan literature
dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan.
2.
Bagi pemda setempat dapat dijadikan tambahan bahan
dalam mengambil keputusan.
3.
bagi penulis disajikan untuk tugas dalam memenuhi
persyaratan memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Padang.
BAB II
KAJIAN
TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
A. Kajian Teori
1. Harapan
Menurut Mario Teguh (2001 ) harapan
adalah impian yang belum tercapai, harapan yang dibuat oleh hati anada adalah
impian anda. Anda tidak mungkin melihat jalan- jalan menuju ke tempat- tempat
yang baik , bila hati anda kosong dari harapan .Harapan yang dalam adalah
pembentuk kerendahan hati yang mudah menerima yang kecil dan yang sederhana
sebagai syarat bagi pencapaian yang besar dan yang sulit. Harapan yang tinggi
adalah pembentuk kesungguhan hati untuk menggunakan semua kekuatan dari
keberadaan anda- untuk mencapai yang tertinggi dari yang mungkin anda capai.
Menurut
Warunu, M>Sc dan Dra Ninawati, MM banyak orang tua yang mengharapkan anaknya
untuk memperoleh prestasi tinggi di sekolah. Bahkan untuk memenuhi harapannya
tersebut, orang tua sering kali menjejali anaknya dengan berbagai macam kursus
atau bimbingan pelajaran, diluar kegiatan sekolahnya. Hal ini tentu saja dapat
menimbulkan tekanan , rasa letih dan jenuh dalam diri anak, yang akhirnya dapat
membuat anak sres, karena padatnya kegiatan belajar yang harus dijalani oleh
mereka. Besarnya stress dipengaruhi oleh penilaian subjektif anak terhadap
situasi yang mengancam atau melebihi kemampuan mereka untuk mengatasinya.
Situasi yang mengancam yang dimaksudkan disini, adalah harapan dan perlakuan
orang tua yang dirasakan.
Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave ) , artinya sikap adalah merupakan komponen yang
mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk
bertindak atau berperilaku terbuka. Contoh: Sikap terhadap penyakit kusta
adalah apa yang dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta. Ketika
komponen ini bersama- sama membentuk sikap
yang utuh (total
attitude ) . dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Menurut
Notoatmodjo( 2003:54 ) sikap terdiri dari berbagai tingkatan
a.
Menerima (receiving
)
Menerima artinya orang( subjek ) mau menerima stimulus
yang diberikan( objek ).
b.
Merespons (responding
)
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi.
c.
Menghargai ( valuing
)
Subjek atau seseorang memberikan nilai positif terhadap
objek atau stimulasi, dalam , arti membahas dengan orang lain dan bahkan
mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang merespon.
d.
Bertanggung jawab (responsible
)
Bertanggung jawab atas terhadap apa yang telah
diyakininya .
2. Sikap Orang
Tua
Sikap
orang tua adalah respon yang diberikan oleh orang tua terhadap sesuatu hal,
bisa berbentuk negative dan bisa berbentuk positif. Pengukuran sikap dilakukan
dengan secara langsung dan tidak langsung, secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pernyatan responden terhadap suatu objek jawaban yang
dapat dipergunakan yaitu : Sangat setuju; setuju; tidak setuju; dan sangat
tidak setuju ( Notoatmodjo, 2003: 132).
Sikap
ini dapat bersifat positif atau negative, dalam sikap positif kecendrungan tindakan
adalah mendekati objek tertentu, dalam kehidupan masyarakat sikap ini penting
sekali ( Purwanto, 1993: 37).
3.
Pengertian olahraga
Olahraga adalah kegiatan
fisik yang mengandung cirri permainan dan
berisi perjuangan melawan diri
sendiri, orang lain, atau unsure-unsur alam,
yang dilaksanakan dengan sukarela,
dalam waktu senggang, dan semata-mata
untuk mencapai tujuan yang ada dalam
kegiatan itu sendiri (FPOK UPI, 2007 Olahraga
sebagai ujud kegiatan jasmani, yang semula dikembangkan
hanya untuk menyalurkan kelebihan energi atau untuk
membunuh rasa bosan terhadap sesuatu yang monoton, sebenarnya memiliki pengaruh
yang amat luas terhadap kehidupan social budaya, baik langsung maupun tidak
langsung. Dalam kegiatannya, olahraga akan selalu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar dimana individu yang bersangkutan melakukannya. Olahraga
telah ikut serta mempercepat proses perkembangan social dan budaya. Penyaluran
minat untuk menggerakkan jasmani itu menimbulkan berbagai kebutuhan dan
tantangan lain yang berkait baik yang bersifat internal maupun eksternal, yang
langsung maupun tidak langsung.
Pentingnya
olahraga bagi kehidupan manusia, tidak hanya diyakini oleh individu atau
sekelompok individu, tapi sudah diakui oleh seluruh umat manusia, termasuk oleh
para penyelenggara Negara diberbagai belahan bumi. Telah banyak
organisasi-organisasi atau institusi-institusi formal dan non-formal, baik padatingkat
nasional, regional, maupun internasional telah menempatkan olahraga sebagai
bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan masyarakat secara utuh.
Prestasi
mempunyai pengertian “hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya (WJS Poerwadarmita, Kamus Umum Bahasa Indonesia)”. Karena itu,
berbagai gelar atau predikat sebagai suatu bentuk penghargaan yang diberikan
atas prestasi, hendaknya diletakkan dalam pengertian prestasi yang mengacu pada
defenisi tersebut (Robertus, 2004).
Olahraga
prestasi merupakan aktivitas dengan memanfaatkan olahrag sebagai instrument
dalam meraih prestasi tertinggi bidang olahraga. Bahkan lebih jauh lagi
olahraga prestasi sering diarahkan menjadi olahraga yang eksklusif dan
propesional (FPOK UPI, 2007).
Telahan
ragam sumber berkenan dengan situasi dan kondisi perkembangan serta pengelolaan
olahraga yang bersifat kompetitif atau lebih dikenal dengan olahraga prestasi
di Jawa Barat mengindikasikan bahwa pemerintah memberikan perhatian yang
siriusseperti penyediaan dana yang memadai untuk menggalang pembinaan dan
penyelenggaraan event-event terbuka dengan biaya tinggi. Hal ini pula nampak
dari keberpihakan pemerintah dengan segala atributnya, (peraturan, pendanaan,
dll). Lebih terkonsentrasi pada lingkungan olahraga prestasi yang bersifat
eksklusif dan hanya melibatkan persentase yang amat kecil dari sisi partisipan
masyarakat. Olahraga ini benar-benar hanya dapat dinikmati oleh sebagian orang
yang memiliki kemampuan lebih baik dari segi fisik, kesempatan, gender, ekonomi
dan bahkan tingkat status sosisal tertentu.
Beberapa
temuan lapangan yang menjadi penyebab ekslusivitas dalam pembinaan olahraga
prestasi seperti yang terjadi di Indonesia pada umumnya berdasarkan
beberapa perspektif :
1.
Keterbatasan partisipasi seseorang berolahraga
disebabkan oleh: (1 ) cabang olahraga yang berkembang di masyarakat adalah
cabang olahraga yang menuntut keterampilan gerak yang tinggi, sehingga bagi
sebahagian masyarakat yang rendah keterampilan geraknya kesulitan untuk
menekuninya ; (2) nuansa kegiatan yang sangat kompetitif sehingga olahraga yang
dimaksud hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang berkemampuan lebih dari
orang biasa dan (3) rendahnya derajat kesehatan dan atau kebugaran jasmani
sebagai fondasi untuk berolahraga.
2.
Keterbatasan partisipasi masyarakat disebabkan oleh ,
(1) pengaruh sistem nilai yang menempatkan olahraga sebagai kegiatan yang tidak
bermakna; (2) paham yang menempatkan
olahraga sebagai kegiatan yang hanya cocok untuk kaum laki- laki sehingga pada
kegiatan olahraga terjadi ketimpangan gender.
Olahraga
termasuk sebagai agenda nasional atau kebijakan public, akan tetapi masih dalam
posisi yang termajinalkan . Dukungan kemauan politik dan anggaran dari
pemerintah serta masyarakat, khususnya di Jawa Barat, masih diprioritaskan pada
pembangunan dan pengembangan olahraga prestasi untuk mencapai prestasi
tertinggi pada multi event’ seperto
PORPROV, PON, Sea Games, Asean Games, ataupun Olympiade dan event olahraga lainnya. Tentu saja
kondisi ini tidaklah tepat manakala pembangunan olahraga hanya menekankan pada
unsure raihan medali dan bukan sebagai mediasi dalam peningkatan kualitas human capital . Maka dari itu pembangunan infra struktur dan
suprastruktur dibidang keolahragaan perlu dilakukan.
4.
Olahraga Prestasi
Olahraga
prestasi dapt juga meningkatkan prestise, pendidikan atletnya, tersedianya
sarana dan prasarana adalah syarat minimal untuk minat masyarakat dalam
berolahraga. Secara psikologis, sarana memadai akan menimbulkan dorongan dasar
bagi seseorang untuk mencoba dan menyalurkan hasrat bergeraknya, sekedar
melampiaskan kepenatan dan keterbatasan gerak akibat terkungkungnya orang yang
bersangkutan dalam ruang gerak yang terbatas, seperti kantor, kendaraan,
pabrik, rumah yang tertutup dsb.
Untuk
memaksimalkan peran serta keluarga dan masyarakat dalam olahraga, pemerintah
perlu memberikan stimulasi berupa penyediaan sarana dan prasarana yang aman dan
nyaman bagi mereka. Ketersediaan sarana dan prasarana atau ruang public (public service) sangat mendesak untuk
diwujudkan, karena tanpa ruang public yang memadai akan berpengaruh terhadap pembentukan
perilaku menyimpang di keluarga atau masyarakat yang pada akhirnya berdampak
negative terhadap pencapaian sasaran pembangunan kualitas sumber daya manusia
dan kualitas kehidupannya.
Dengan demikian, olahraga di
lingkungan keluarga dan masyarakat sifatnya sangat mendasar. Langkah- langkah
penyadaran akan pentingnya olahraga dalam kehidupan mereka menjadi modal utama
dalam membangun keolahragaan untuk jenjang selanjutnya. Oleh karena itulah,
upaya memperkokoh fondasi menjadi tugas utama pemerintah dalam merumuskan
kebijakan dalam pembangunan olahraga.
5. Penertian
Prestasi
Prestasi
mempunyai pengertian ‘ hasil yang telah dicapai, dilakukan, dikerjakan, dan
sebagainya ( WJS Poerwadarminta, Kamus
Umum Bahasa Indonesia
). Karena itu , berbagai gelar atau predikat sebagai suatu bentuk
penghargaan yang diberikan atas prestasi, hendaknya diletakkan dalam pengertian
prestasi yang mengacu pada definisi tersebut ( Robertus, 2004).
6. Pengertian
Olahraga Prestasi
Olahraga
prestasi adalah olahraga yang membina dan mengembangkan olahragawan secara
terencana, berjenjang dan berkelanjutan melalui kompetisi untuk mencapai
prestasi dengan dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi keolahragaan. ( Undang-
undang sistim keolahragaan nasional tahun 2007 ).
Olahraga
prestasi dimaksudkan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi
olahragawan dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Melalui olahraga
prestasi proses pembinaan dan pengembangan secara terencana dan berjenjang
dilakukan oleh setiap orang yang memiliki bakat, kemampuan dan potensi untuk
mencapai prestasi.
7. Harapan
Harapan
merupakan keinginan yang diharapkan oleh seseorang. Harapan sama dengan yang
diharapkan terjadi di kemudian hari atas apa yang dilakukan sekarang. Harapan
orang tua adalah apa yang diharapkan oleh orang tua dan yang akan dating.
Harapan
memberikan motivasi baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meransang
seseorang agar mau melakukan sesuatu. Dengan harapan dapat memotivasi seseorang
yang berasal dari dalam diri orang tersebut. Harapan bisa dating karena
keinginan sendiri maupun karena anjuran/ perkataan orang lain.
B. Kerangka Konseptual
Tujuan
dari olahraga prestasi adalah untuk memberikan kesempatan dan jalur masuk bagi
masyarakat untuk berpartisipasi dalam olahraga, dan ketika sudah berpartisipasi
juga menyediakan jalur untuk meningkatkan penampilannya hingga tingkat yang
paling optimum sesuai dengan sikapnya.
Tinggi rendahnya
tingkat perekonomian orang tua mempengaruhi prestasi anak dalam bidang olahraga
karena masalah pendanaan dalam penyelenggaraan keolahragan yang masih terbatas
coba diatasi dengan pembentukan badan usaha milik Negara yang berkaitan dengan
kegiatan keolahragaan . Pasal 8 ayat I PP No. 18/2007 mengamanatkan untuk mendukung
pendanaan keolahragaan, pemerintah dapat membentuk badan usaha keolahragaan
milik Negara yang berbadan hokum (Kep. Press, 2))7 ).
Peninjauan
aspek kesehatan dari aktivitas jasmani dan olahraga bukanlah topic baru, karena
sebelumnya sudah banyak pertemuan yang membicarakan tentang olahraga dan
kaitannya dengan dimensi ekonomi dari
15
berbagai disiplin ilmu( 19-22 Juli 1999, di Ashevile,
North Caroline , AS
) yang mengungkapkan keuntungan secara ekonomis dari gaya
hidup aktif dibandingkan gaya
hidup diam.
Berdasarkan
hal tersebut dapat disimpulkan bila orang tua memiliki tingkat ekonomi yang
tinggi maka anak tidak mempunyai kendala di bidang olahraga karena apapun yang
dibutuhkan dalam berolahraga dapat terpenuhi oleh orang tua.
Pembangunan
olahraga pada umumnya diartikan sebagai proses dan usaha untuk meningkatkan
kehidupan ekonomi, politik, social, budaya dan infrastruktur masyarakat.
Pembangunan olahraga adalah proses
perubahan social. Pembangunan olahraga nasional merupakan usaha peningkatan
kualitas manusia dan masyarakat Indonesia
yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan
tantangan perkembangan global. Kebijaksanaan pembangunan di segala bidang
seantiasa ditujukan bagi kepentingan masyarakat umum. Segala upaya yang
berkelanjutan, dan memanfaatkan segala sumber- sumber pendukung secara optimal
harus diarahkan pada upaya peningkatan kehidupan seluruh masyarakat , termasuk didalamnya adalah upaya peningkatan
derajat kesehatan dan kebugaran, sehingga mereka dapat hidup layak ditengah-
tengah kehidupan global.
Tom
Martinek dan Lawson, dua tokoh pemulihan kontruksi social melalui aktivitas
olahraga penerus Hellison, pernah dating ke Indonesia untuk menyajikan makalah
pada acara konferensi di Yokyakarta (2004) dan melakukan workshoppemulihan
trauma, depresi, dan stress Pasca tsunami melalui olahraga yang dilaksanakan
pada awal atahun 2005 di Ditjora ( sekarang Menpora). Mereka pada dasrnya memberikan
konsep dan pelatihan pemulihan kondisi kehidupan anak yang beresiko akibat
berbagai penyebab melalui aktivitas jasmani dan olahraga.
Prestasi
olahraga dapat meningkatkan social seseorang karena dengan adanya prestasi
dalam bidang olahraga tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan
sosialnya, dengan demikian banyak orang tua yang anaknya bergelut dalam bidang
olahraga berharap anaknya memperoleh prestasi yang menonjol agar dapat
meningkatkan social keluarga dimata masyarakat.
Berdasarkan
kajian teori diatas dapat dirancang dari beberapa variabel sikap orang tua
terhadap pembinaan olahraga prestasi untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari
gambar dibawah ini:
Pembinaan
prestasi
Sikap orang tua Olahraga
Gambar I : Kerangka Konseptual Sikap
Orang Tua terhadap Pembinaan Prestasi
Olahraga di Kabupaten Pasaman Barat.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan
pembatasan masalah maka pertnyaan penelitian adalah “ bagaimana sikap orang tua
terhadap pembinaan prestasi olahraga di kabupaten pasaman Barat “
BAB
III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis dari penelitian ini berbentuk
deskriptif yang bertujuan untuk memberikan pengertian dan menginterprestasikan
data sebaimana adanya, data yang diperoleh akan ditampilkan apa adanyadan di
interprestasikan sesuai dengan tujuan dan pertanyaan- pertanyaan yang telah
dikemukakan.
Sudjana (1989 : 64 ) menyatakan bahwa
penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskriptifkan suatu
gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang dengan perkiraan
lain, penelitian deskriptif mengambil masalah atau memusatkan perhatian pada
masalh- masalah actual bagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
Menurut pendapat diatas bahwa penelitian
deskriptif berusaha untuk mendiskriptifkan suatu gejala atau peristiwa yang
sedang berlangsung yang memfokuskan kepada masalah sebagaimana adanya.
Sehubungan dengan pendapat diatas penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan
bagaimana sikap orang tua terhadap kegiatan olahraga.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
`1.
Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Pasaman
Barat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan pada bulan Desember 2010 dan dilaksanakan pada saat proposal ini
disetujuai oleh dosen pembimbing.
C. Definisi
Operasional
Agar
tidak terjadi keracuan dalam istilah- istilah yang terdapat dalam penelitiannya
ini maka perlu bagi penulis untuk menjelaskan beberapa istilah, antara lain :
1.
Olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung cirri
permainan dan berisi perjuangan melawan diri sendiri, orang lain, atau unsur-
unsur alam, yang dilaksanakan dengan sukarela, dalam waktu senggang, dan
semata- mata untuk mencapai tujuan yang ada dalam kegiatan itu sendiri.
2.
Olahraga prestasi merupakan aktivitas dengan
memanfaatkan olahraga sebagai instrument dalam meraih prestasi tertinggi bidang
olahraga . Bahkan lebih jauh lagi olahraga prestasi sering diarahkan menjadi
olahraga yang eksklusif dan propesional. Untuk itu pelaku olahraga ini
jumlahnya sangat terbatas.
C. Populasi dan sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi
populasi adalah orang tua atlet yang lolos seleksi untuk mengikuti Porprov
kabupaten Sawahlunto Sijunjung dan kota Sawah Lunto tahun 2010 yaitu sebanyak
150 orang seperti pada tabel dibawah ini :
Tabel
Jumlah
Populasi
No
|
Cabang
|
Jumlah Orang tua
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
|
Atletik
Senam
Renang
Karate
Pencak Silat
Sepak Bola
Bola basket
Bulu Tangkis
Dayung
Sepak Takraw
Taekwondo
Tenis Meja
Tarung derajat
Bolavoli
Tenis Lapangan
Binaraga
Gulat
Bridge
Catur
Kempo
Tinju
|
2
5
2
9
11
20
12
4
2
16
4
8
5
13
5
2
9
5
7
6
3
|
Jumlah
|
150
|
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini diambil
sebayak 20% yaitu sebanyak 30
Orang.
Tabel
2
Jumlah Sampel
No
|
Cabang
|
Jumlah
Orang Tua
|
Jumlah
Sampel
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
|
Atletik
Senam
Renang
Karate
Pencak Silat
Sepak Bola
Bola basket
Bulu Tangkis
Dayung
Sepak Takraw
Taekwondo
Tenis Meja
Tarung derajat
Bolavoli
Tenis Lapangan
Binaraga
Gulat
Bridge
Catur
Kempo
Tinju
|
2/150x30
5/150x30
2/150x30
9/150x30
11/15x30
20/150x30
12/150x30
4/150x30
2/150x30
16/150x30
4/150x30
8/150x30
5/150x30
13/150x30
5/150x30
2/150x30
9/150x30
5/150x30
7/150x30
6/150x30
3/150x30
|
0
1
0
2
2
4
2
1
0
4
1
2
1
3
1
0
2
1
1
1
1
|
Jumlah
|
150
|
30
|
D. Jenis dan Sumber Data
1.
Jenis data
Data yang diperlukan dalam penelitian
ini adalah data primer yang langsung diperoleh dari sampel ( orang tua atlet
yang lolos seleksi untuk mengikuti porprov kebupaten Sawah Lunto Sijunjung dan kota Sawah Lunto tahun
2010 yang ada di Kabupaten Pasaman barat.
2.
Sumber Data
. Yang
menjadi sunber data dalam penelitian ini adalah orang tua atlet dan atlet itu
sendiri.
F. Teknik dan Pengumpulan Data
Sesuai data yang
diperlukan dalam penelitian ini, maka yang digunakan untuk pengumpulan data
adalah angket (kuesioner ) dengan langkah- langkah sebagai berikut :
1.
Membuat anket yang sesuai dengan pertanyaan.
2.
Uji coba angket dilakukan pada orang tua, orang tua atlet
yang tergabung di dalam 21 cabang olahraga yang ada di Kabupaten Pasaman barat.
3.
Menyebarkan angket
4.
Mengumpulkan angket yang telah diisi sampel
5.
Pengecekan kebenaran pengsiannya
6.
melakukan pengolahan data
G.
Instrumentasi
/Alat Pengumpulan data
Alat
yang digunakan untuk dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui
angket ( koesioner ) . Langkah- langkah yang dilakukan dalam pembuatan angket
ini adalah:
1.
Menentukan indicator dan sub indicator yang dijadikan
pedoman dalam butir- butir instrument
2.
Membuat kisi- kisi angket
3.
Melakukan uji coba instrument
Penyusunan
angket ini dilakukan dengan skala likert ( Rsyid, 1993: 127) yaitu dengan lima kategori jawaban
antara lain:
a.
Sangat Setuju( SS)
b.
Setuju( S )
c.
Ragu- Ragu (RR )
d.
Tidak Setuju (TS )
e.
Sangat Tidak Setuju (STS )
Dengan score penilaian 5, 4, 3, 2, 1 dan, sedangkan
untuk pernyataan bersifat negative(-) di bernilai berturut- turut 1, 2, 3, 4
dan 5.
H.
Teknik
Analisis Data
Data yang terkumpul dalam penulisan ini kemudian di
analisis dengan
Cara- cara sebagai berikut :
1.
memeriksa semua angket yang telah diisi oleh responden
2.
Membuat tabel persiapan untuk tabulasi data
3.
Menghitung frekuensi data alternative jawaban yang
diberikan
4.
menghitung frekuensi jawaban dengan rumus :
P = F x
100%
N
Keterangan:
P = Jumlah Parsentase Jawaban
F = Frekuensi
N = Jumlah Responden
( Arikunto, 1998 )
Untuk menentukan
tingkat pelaksanaan olahraga akses pernyataan penelitian dengan membandingkan
antara skor yang diperoleh dari data dan dibagi dengan skor yang seharusnya
dicapai,dengan kategori (Arikunto,1996:224) sebagai berikut:
81-100% =baik sekali
61-80% =baik
41-60% =sedang
21-40% =kurang baik
BAB IV
HASIL
PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan
analisis dan pembahasan yang dengan sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi
olahraga di kabupaten Pasaman Barat berdasarkan data dan informasi yang
diperoleh dari lapangan kemudian di olah dengan analisis deskriptif.
A. Deskripsi Data
Sesuai
dengan jenis data yang diperlukan, yaitu data jenis primer dan
Sekunder maka deskriptif data dilakukan dengan cara
menyebarkan angket, pelaksanaan observasi berupa pengalaman langsung di
lapangan dan wawancara dengan responden. Hal ini berguna untuk melihat lebih
dekat lagi, sehingga data yang diperoleh semakin lengkap.
Berpijak
dari uraian terdahulu, maka seterusnya dilakukan analisa data dan pembahasan
penyusunan skripsi yang menggunakan metode deskriptif, data yang sudah diolah
tadi, dapat ditafsirkan sehingga merupakan jawaban dari pernyataan peneliti
yang mengungkapkan bagaimana adanya tentang sikap orang tua terhadap pembinaan
prestasi olahraga di Kabupaten Pasaman Barat. Berikut ini dapat dilihat pada
tabel hasil penelitian berdasarkan indicator-indikator yang ada.
Pada
bab ini akan dikemukakan deskripsi data yang telah peneliti lakukan terhadap
penelitian. Penelitian ini meliputi sikap orang tua terhadap pembinaan prestasi
olahraga di Kabupaten Pasaman Barat tahun 2009.
Tabel 3
Sikap Orang Tua Terhadap Olahraga Prestasi
di Kabupaten Pasaman Barat
Tahun 2010
No
Item
|
Alternatif
Jawaban
|
|||||||||
SS
|
S
|
RR
|
TS
|
STS
|
||||||
Fi
|
%
|
Fi
|
%
|
Fi
|
%
|
Fi
|
%
|
Fi
|
%
|
|
1
|
9
|
30,00
|
17
|
56,57
|
4
|
13,33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
8
|
26,67
|
20
|
66,67
|
2
|
2,00
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
3
|
10.00
|
25
|
83,33
|
2
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
11
|
36.67
|
17
|
56,57
|
2
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
5
|
7
|
23,33
|
21
|
70,00
|
2
|
2,00
|
-
|
-
|
-
|
-
|
6
|
10
|
33,33
|
18
|
60,00
|
2
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
8
|
26,67
|
20
|
66,67
|
2
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
8
|
4
|
13,33
|
24
|
80,00
|
2
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
9
|
11
|
36,67
|
18
|
70,00
|
2
|
3,33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
10
|
8
|
26,67
|
20
|
66,67
|
1
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
11
|
10
|
33,33
|
16
|
53,33
|
2
|
13,33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
12
|
8
|
26,67
|
20
|
66,67
|
4
|
6,67
|
-
|
-
|
-
|
-
|
13
|
3
|
10.00
|
24
|
80,00
|
2
|
10,00
|
-
|
-
|
-
|
-
|
14
|
10
|
33,33
|
19
|
63,33
|
3
|
3,33
|
-
|
-
|
-
|
-
|
15
|
9
|
30,00
|
21
|
70,00
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
16
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
17
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
4,00
|
53,33
|
10
|
33,33
|
|
18
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
19
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
13,33
|
53,33
|
10
|
33,33
|
|
20
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
21
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
13,33
|
53,33
|
10
|
33,33
|
|
22
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
|
23
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
13,33
|
53,33
|
10
|
33,33
|
|
24
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
|
25
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
13,33
|
53,33
|
10
|
33,33
|
|
26
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
|
27
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
13,33
|
53,33
|
10
|
33,33
|
|
29
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
13,33
|
80,00
|
6
|
20,00
|
|
30
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
24
|
80,00
|
6
|
20,00
|
|
Rata-rata
|
4
|
12,40
|
9
|
31,25
|
2
|
5,56
|
10
|
31,67
|
4
|
12,29
|
Berdasarkan tabel diatas terlihat 4
(12,40%) responden menyatakan sangat setuju memiliki sikap positif terhadap
olah raga prestasi anaknya dan 9 (31,25%) responden menyatakan setuju serta hanya
2 (5,56) yang masih ragu ragu.
Jika
dilihat dari aspek lainnya yaitu 17 (56,7%) orang tua setuju kalau anak yang
memiliki prestasi dalam olah raga mendapatkan hadiah berupa uang, 20 (66,7%)
orang tua setuju anak yang berprestasi mendapatkan beasiswa, 25 (83,3%) orang
tua setuju anak yang berprestasi dalam bidang olah raga mendapatkan pekerjaan
yang layak,. 17 (56,7%) orang tua setuju dengan adanya prestasi prestasi olah
raga hendaknya anak dapat disekolahkan ke tingkat yang lebih tinggi dan 21
(70,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu diberikan tempat
yang layak.
Hasil analisis lain ditemukan 18
(60,0) orang tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu harus diperhatikan
kebutuhan gizinya, . 20 (66,7%) orang tua setuju agar anak sehat saya mendukung
untuk berolahraga , 24 (80,0%) orang tua setuju berharap anak yang berprestasi
olahraga itu diberikan bonus berupa paket liburan, 18(60,0%) orang tua setuju
anak berprestasi olahraga itu diberikan penghargaan berbentuk piagam, 20
(66,7%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga jadi atlit yang terkenal.
Hasil
analisis deskriptif menemukan 16 (53,3%) orang tua setuju anak
Berprestasi
olahraga diangkat menjadi PNS, 20 (66,7%) orang tua setuju anak
Yang
berprestasi diolahraga hendaknya diperhatikan oleh pemda setempat, 24(80,0%)
orang tua setuju anak berprestasi olahraga mempunyai pemikiran yang cerdas, 19
(63,3%) orang tua setuju anak yang berprestasi memiliki pergaulan yang luas dan
21 (70,0%) orang tua setuju anak yang berprestasi suka membantu.
D. Pembahasan
Temuan
penelitian ini adalah bahwa sikap orang tua terhadap olah raga prestasi di
kabupaten pasaman barat ditemukan 4 (12,40%) responden menyatakan sangat setuju
memiliki sikap positif terhadap olah raga prestasi anaknya dan 9(31,25%) responden menyatakan setuju serta
hanya 2(5,56) yang masih ragu ragu.
Sikap
orang tua dikabupaten pasaman barat dilihat berdasarkan data diatas, dapat kita
simpulkan bahwa sikap orang tua akan menjadi positif apabila anak yang berprestasi
dalam bidang olah raga diberikan beasiswa, uang atau jaminan pekerjaan yang
layakdi masa mendatang.
Hal di
atas didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh New Comb dalam Notoatmodjo
(2003:124-125) menyatakan sikap adalah merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas, tetapi merupakan “predisposisi” tindakan atau
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi
terbuka.
Menurut
Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2005:53) bahwa sikap mempunyai 3 komponen
pokok yakni :
1. Kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep suatu objek, artinya bagaimana keinginan dan
pendapat atau pemikiran seseorang terhadap objek. Contoh: sikap seseorang
terhadap penyakit kusta misalnya, berarti bagaimana pendapat orang tersebut
terhadap penyakit kusta.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi
emosional terhadap suatu objek artinya bagaimana penilaian( terkandung dalam
factor emosi ) orang tersebut terhadap objek. Contoh : bagaimana orang menilai
penyakit kusta , apakah penyakit itu biasa saja atau membahayakan.
3. Kecendrungan untuk bertindak (
trend to behave ), artinya sikap adalah merupakan komponen yang mendahului tindakan
atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang- ancang untuk bertindak atau
perilaku terbuka. Contoh : sikap terhadap penyakit kusta adalah apa yang
dilakukan seseorang bila ia menderita penyakit kusta.
Ketiga komponen ini secara bersama-
sama membentuk sikap yang utuh ( total attitude ) . Dalam penentuan sikap yang
utuh ini, pengetahuan, berpikir keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Menurut
Notoatmodjo ( 2003:54 ) sikap terdiri dari berbagai tingkatan:
a.
Menerima ( reveiving )
Menerima artinya orang (subjek ) mau menerima stimulus
yang diberikan ( objek ).
b.
Merespon ( responding )
Memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan
atau objek yang dihadapi.
c.
Menghargai ( valuing )
Subjek atau seseorang memberikan nilai yang positif
terhadap objek atau stimulus, dalam arti
membahas dengan orang lain atau tindakan bahkanmengajak dan mempengaruhi orang
merespon.
d.. Bertanggung jawab (
responsible )
Bertanggungjawab atas terhadap apa yang
telah diyakininya.
Sikap dapat memberikan dampak yang
positif dan negative terhadap perilaku seseorang, sikap yang positif akan
memberikan dampak yang baik terhadap prestasi anak dalam bidang olahraga
sebaliknya sikap yang negative memberikan dampak yang kurang baik terhadap
kemajuan anak dalam berprestasi dalam bidang olahraga, dimana tidak adanya anak
memperoleh dukungan diri orang tua selaku orang terdekat dalam memberikan
dorongan terhadap anak agar lebih berprestasi dalam bidang olahraga.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1.
Berdasarkan hasil penelitian terlihat 4 (12,40%) responden
menyatakan sangat setuju memiliki sikap
positif terhadap olahraga prestasi anaknya dan 9 (31,25%) responden menyatakan
setuju serta hanya 2 (5,56%) yang masih ragu- ragu.
2. Hasil analisis dekskriptif menemukan 17
(56,7%) orang tua setuju kalau
anak yang memiliki prestasi dalam
olahraga mendapatkan hadiah berupa uang , 20 (66,7%) orang tua setuju anak yang
berprestasi mendapatkan bea siswa , 25 (83,3% ) orang tua setuju anak yang
berprestasi dalam bidang olahraga mendapatkan pekerjaan yang layak,. 17 (56,7%)
orang tua setuju dengan adanya prestasi olah raga hendaknya anak dapat
disekolahkan ke tingkat yang lebih tinggi dan 21 (70,0%) orang tua setuju anak
yang berprestasi olah raga itu diberikan tempat tinggal yang layak.
3.
hasil analisis deskriptif menemukan 18 (60,0%) orang
tua setuju anak yang berprestasi olah raga itu harus diperhatikan kebutuhan
gizinya , . 20 (66,7%) orang tua setuju agar anak sehat saya mendukung untuk
berolah raga, 24 (80,0%) orang tua setuju berharap anak yang berprestasi
olahraga itu diberikan bonus berupa paket liburan, 18 (60,0%) orang tua setuju
anak berprestasi olahraga itu diberikan penghargaan berbentuk piagam, 20
(66,7%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga jadi atlet yang terkenal.
4.
Hasil analisis deskriptif menemukan 16( 53,3%) orang
tua setuju anak berprestasi olahraga diangkat menjadi PNS, 20 (66,7% ) orang
tua setuju anak yang berprestasi di olahraga hendaknya diperhatikan oleh pemda
setempat , 24 (80,0%) orang tua setuju anak berprestasi olahraga mempunyai
pemikiran yang cerdas, 19 (63,3%) orang tua setuju anak yang berprestasi
memiliki pergaulan yang luas dan 21 (70,0%) orang tua setuju anak yang
berprestasi suka membantu.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka
peneliti dapat memberikan saran yaitu:
1.
Diharapkan kepada instansi yang terkait dalam bidang
olahraga hendaknya memberikan dorongan agar orang tua anak yang memiliki
prestasi olahraga memberikan komptribusi yang positif terhadap olahraga
prestasi yang diemban oleh anaknya.
2. Memberikan hadiah-
hadiah kepada anak yang berprestasi di
bidang olahraga berupa uang, piagam, bea siswa sampai keperguruan tinggi
dan lainnya.
3. Memberikan jaminan pekerjaan yang layak
kepada anak- anak yang berprestasi
dalam bidang olahraga setelah menyelesaikan pendidikannya.
4. Memberikan paket
liburan kepada anak yang berprestasi dalam
Bidang olahraga.
5. Diharapkan adanya peneliti lebih
lanjut mengenai sikap orang tua
Terhadap olahraga prestasi anaknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar